Kamis, 18 Juli 2013

AUTHENTIC ASSESSMENT


A.    Penilaian  Otentik (Authentic Assessment)

Penilaian Otentik  adalah suatu proses pengumpulan data siswa baik yang dilakukan selama proses pembelajaran, maupun terhadap hasil belajar. Data-data yang dikumpulkan tersebut selanjutnya dianalisis dan hasil analisis tersebut berfungsi sebagai balikan terhadap pembelajaran, maupun sebagai bahan pengambilan keputusan terhadap status siswa (formatif dan sumatif). Otentik berarti nyata, riil seperti yang terjadi dalam kehidupan. Dengan demikian, asesmen otentik adalah asesmen yang meminta siswa untuk melakukan tugas-tugas nyata yang mewakili atau menunjukkan aplikasi secara bermakna atas pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Wiggins (1993) mengatakan bahwa asesmen otentik merupakan:

 “Engaging and worthy problems or questions of importance, in which students must use knowledge to fashion performances effectively and creatively. The tasks are either replicas of or analogous to the kinds of problems faced by adult citizens and consumers or professionals in the field.” 
“Masalah atau pertanyaan yang bermakna dan melibatkan siswa menggunnakan pengetahuannya untuk melakukan unjuk kerja secara efektif dan kreatif. Tugas yang diberikan dapat berupa replica atau analogi dari jenis permasalahan yang dihadapi orang dewasa dan mereka yang dapat terlibat pada bidang tersebut” (terjemahan oleh penulis makalah).

            Dengan pengertian di atas, sangat jelas bahwa asesmen otentik sangat terkait dengan upaya pencapaian kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terunjukkerjakan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam suatu persoalan yang dihadapi.  Ciri utama kompetensi adalkah  “able to do, yaitu siswa dapat melakukan sesuatu berdasarkan  pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya. Melalui asesmen otentik, hal tersebut sangat mungkin untuk diterjadikan. Oleh karena itu, KTSP dengan jelas menyarankan guru untuk mengurangi menggunakan tes-tes objektif, utamanya untuk asesmen yang bersifat formatif.
Dalam Asesmen otentik,  ciri peserta didik aktif membangun pengetahuan, hingga terbentuk kompetensi seperti yang ditetapkan dalam SKL, SK, KD, dan indikator. Tes-tes objektif bukan termasuk dalam asesmen otentik  karena jenis tes tersebut merupakan imposed target by the tester with only one single answer. Tes objektif tidak memberi kesempatan peserta didik menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi dengan caranya sendiri, tetapi dipaksa dengan hanya sedikit pilihan tanpa boleh mengambil pilihan diluar pilihan yang diberikan.
Secara garis besar, asesmen otentik memiliki sifat-sifat
1)      berbasis kompetensi yaitu asesmen yang mampu memantau kompetensi seseorang. Asesmen otentik pada dasarnya adalah asesmen kinerja, yaitu suatu unjuk kerja yang ditunjukkan sebagai akibat dari suatu proses belajar yang komprehensif. Kompetensi adalah atribut individu peserta didik, oleh karena itu asesmen berbasis kompetensi bersifat
2)       individual. Kompetensi tidak dapat disamaratakan pada semua orang, tetapi bersifat personal. Karena itu, asesmen harus dapat mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan setiap individu, dan juga kekurangannya (untuk bisa dilakukan perbaikan);
3)       berpusat pada peserta didik karena direncanakan, dilakukan, dan dinilai oleh guru dengan melibatkan secara optimal peserta didik sendiri;
4)      Asesmen otentik bersifat tak terstruktur dan open-ended, dalam arti, percepatan penyelesaian tugas-tugas otentik tidak bersifat uniformed dan klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok.
5)      Untuk memastikan bahwa yang diases tersebut benar-benar adalah kompetensi riil individu (peserta didik) tersebut, maka asesmen harus dilakukan secara  otentik (nyata, riil seperti kehidupan sehari-hari) dan sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga asesmen otentik berlangsung secara (5) terintegrasi dengan proses pembelajaran.
6)      Asesmen otentik bersifat  on-going atau berkelanjutan, oleh karena itu asesmen harus dilakukan secara langsung pada saat proses belajar mengajar berlangsung, dimana dapat terpantau proses dan produk belajar.

Dengan demikian, asesmen otentik memiliki sifat berpusat pada peserta didik, terintegrasi dengan pembelajaran, otentik, berkelanjutan, dan individual.


Sifat asesmen otentik yang komprehensif juga dapat membentuk unsur-unsur metakognisi dalam diri siswa seperti risk-taking, kreatif, mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dan divergen, tanggungjawab terhadap tugas dan karya, dan rasa kepemilikan (ownership). 

            Ada beberapa alasan mendasar kenapa guru seyogyanya menggunakan asesmen otentik. Pertama, asesmen otentik adalah pengukuran langsung terhadap atribut siswa. Sesungguhnya, tujuan akhir pembelajaran bukan sekadar siswa menguasai konten materi yang diajarkan, namun, mereka harus bisa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya dalam menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sangatlah penting dilakukan asesmen secara langsung terhadap bagaimana siswa dapat melakukan tuntutan dunia nyata tersebut dalam situasi yang otentik. Dalam tes non otentik seperti pilihan ganda, hasil baik yang dicapai anak hanya dapat diasumsikan mewakili kompetensinya, namun ini hanya asumsi, alias bukti (evidence) tidak langsung. Maka, jika seorang guru mengajarkan tentang cara membuat pisang goreng, tidaklah mewakili jika siswa dites pemahamannya hanya dengan tes tulis tentang cara membuat pisang goreng. Siswa harus diases kemampuannya dalam membuat pisang goring untuk memastikan bahwa kemampuan tersebut telah terakuisisi.
Kedua, asesmen otentik sesuai dengan perspektif belajar konstruktivis. Untuk membangun pengetahuannya, siswa tidak dapat hanya dengan mengulang informasi yang diperolehnya. Dengan menugaskan siswa melakukan kegiatan-kegiatan otentik seperti membuat pisang goreng berarti siswa menunjukkan atau  mendemonstrasikan kemampuan yang telah dikuasainya. Siswa juga terlibat (engage) secara langsung dalam kegiatan asesmen. Dan hal ini merupakan proses belajar yang konstruktif.
Ketiga, asesmen otentik memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan kemampuannya dengan cara-cara yang bervariasi, bukan dengan satu cara saja. Sangat penting bagi guru untuk member kesempatan ini karena sebagaimana kita tahu, setiap orang (siswa) memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam menunjukkan kemampuannya. Pada asesmen tradisional seperti tes pilihan ganda, samasekali tidak ada ruang variabilitas tersebut. Memang, tes-tes objektif dapat membandingkan siswa secara mudah karena apa yang diharapkan dilakukan siswa persis sama, namun, jika asesmen otentik seperti asesmen kinerja direncanakan dan dilaksanakan secara baik, maka tetap saja antara siswa dapat dibandingkan karena unjuk kerja yang diharapkan sama, meskipun caranya mungkin berbeda. Dan yang juga penting diingat, dalam membangun kompetensi, siswa tidak dibandingkan dengan temannya, melainkan dibanding dengan suatu criteria ketuntasan kompetensi atau KKM.



A.1.  Menggunakan Asesmen Otentik Dalam Pembelajaran
A.1.1.   Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut.
Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut. 
            Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu
rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu :
(1)    holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi;
(2)    analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan
(3)    (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi. 

Contoh unjuk kerja siswa yang dapat diases dengan asesmen kinerja antara lain penyajian lisan (seperti keterampilan berbicara, berpidato, baca puisi, membaca nyaring, bercerita, pemecahan masalah dalam kelompok. partisipasi dalam diskusi. Menari, memainkan alat musik, olah raga, menggunakan alat lab, dan bermain.
 Asesmen kinerja (Performance) otentik karena dalam asesmen kinerja siswa dituntut untuk mendemontrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan keterampilan dalam menyelesaikan beberapa tugas menarik dan menantang dalam konteks kehidupan nyata (NSTA, 2002). Agar mendapatkan alat evaluasi yang valid tugas-tugas kinerja harus memiliki criteria berikut (Nur, 2001)
(1)     memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting .
(2)     sesuai dengan isi kurikulum yang diacu,
(3)     mengintegrasikan informasi, konsep, ketermpilan, dan kebiasaan kerja,
(4)     melibatkan siswa,
(5)     mengaktifkan kemauan siswa untuk bekerja,
(6)     layak dan pantas untuk seluruh siswa,
(7)     ada keseimbangan antara kerj akelompok dan kerja individu
(8)     tersetruktur dengan baik untuk memudahkan pemahaman,
(9)     memiliki proses dan produk yang otentik ,
(10)  memasukan penilaian diri,
(11)  memungkinkan umpan balik dari orang lain.


A.1.2   Langkah-langkah Implementasi Asesmen Kinerja
Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian kinerja yang baik antara lain :
a)        Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik
b)        Tuliskan perilaku kemampuan-kemapuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik;
c)        Usahakan untuk membuat criteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua criteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas;
d)       Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemapuan siswa yang harus diamati  (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan;
e)        Urutkan criteria kemampuan yang akan diukur berdarkan urutan yang dapat diamati;
f)         Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan criteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain dilapangan.



A.1.2   Metode Asesmen Kinerja
            Kriteria performansi merupakan indikator unjuk kerja. Dalam sebuah tugas tentukan dahulu proses, produk atau keduanya karena ini menentukan kriteria yang dibuat. Berikut contoh kriteria yang menunjukkan keterampilan siswa mengukur volume air menggunakan gelas ukur.
                                                                                        

1. Cara meletakkan gelas ukur
2. Cara menuangkan air
3. Cara menambahkan volume air
4. Cara mebaca ukuran/volume air
5. Cara mencatat hasil pengukuran


            Setelah menentukan kriteria seperti di atas, selanjunya dibuat penskoran dengan menggunakan rubrik. Rubrik adalah suatu pedoman penskoran yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) siswa dalam mengerjakan tugas. Rubrik juga digunakan untuk menilai pekerjaan siswa. Apabila dua orang guru atau lebih sedang menilai jenis pekerjaan yang sama, maka penggunaan rubrik yang sama membantu mereka memandang produk itu dengan cara yang sama. 
Penilaian dapat dilakukan dengan ceklis dan rating (peringkat). Penilaian dengan “rating scale” dikenal ada tiga jenis, yaitu :
(1)    numerical rating scale;
(2)    graphic rating scale; dan
(3)    descriptive scale.

Contoh ceklis dan ketiga “rating scale” di atas dapat dilihat pada tabel berikut.




Tabel 1. Instrumen Asesmen Kinerja Berpidato dengan ceklis


Nama : …………………………………………….
Kelas  : …………………………………………….
Petunjuk :
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang disediakan mengenai aspek-aspek kinerja siswa yang diamati pada saat berpidato

Komponen Kinerja
Centang (cek)
I. Ekspresi Fisik (Physical Expression)


1. Berdiri tegak melihat pada penonton

……………
2. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan

……………
3. Mata melihat pada penonton

……………
II Ekspresi Suara (Vocal Expression)


1. Berbicara dengan kata-kata yang jelas

……………
2. Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan yang ditekankan

……………
III Ekspresi Verbal (Verbal Expression)


1. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti

……………
2. Tidak mengulang-ulang pernyataan

……………
3. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan satu pikiran

……………
4. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting

……………
Skor Total
……………







 Tabel 2. Instrumen Asesmen Kinerja Berpidato dengan numerical Rating Scale

Nama : ………………………………………….
Kelas : …………………………………………
Petunjuk:
Berilah lingkaran pada setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan sebagai berikut

1  bila siswa selalu melakukan
2  bila kadang-kadang
3  bila jarang, dan
4  bila tidak pernah


I Ekspresi Fisik (Physical Expression)
A.    Berdiri tegak melihat pada penonton
        1       2       3       4
   B.  Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang  disajikan
                1       2        3       4
   C. dst.


Tabel 3. Instrumen Asesmen Kinerja Berpidato dengan Menggunakan
  Graphic Rating Scale


Nama : .....................................................
Kelas  : ....................................................
Petunjuk
Berikanlah tanda silang (X) pada garis dimana aspek kinerja siswa teramati pada waktu berpidato

1. Ekspresi Fisik (Physical Expression)

A. Berdiri tegak melihat pada penonton









          Selalu
  Kadang-kadang
           Jarang
   Tidak Pernah

B. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan
     yang disajikan
















          Selalu
  Kadang-kadang
           Jarang
   Tidak Pernah















C. dst.
Tabel 4. Instrumen Asesmen Kinerja Berpidato dengan
   Descriptive rating Scale


Nama : .....................................................
Kelas  : ....................................................
Petunjuk
Berikanlah tanda silang (X) pada garis dimana aspek kinerja siswa teramati pada waktu berpidato

1. Ekspresi Fisik (Physical Expression)
A. Berdiri tegak melihat pada penonton






Bridiri tegak, selalu melihat pada penonton
Kadang-kadang berdiri tegak, melihat ke langit-langit kadang-kadang
melihat penonton
Tidak pernah berdiri tegak, maka tidak pernah kontak dengan penonton
 B. dst.







B.      Asesmen Diri
Menurut Rolheiser dan Ross (2005) asesmen diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui asesmen diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, peserta didik lebih bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya.
            Salvia dan Ysseldike (1996) menekankan bahwa refleksi dan asesmen diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa  kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya. 
Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi asesmen diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu, peserta didik harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, „Apakah tujuanku telah tercapai? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti „Apa yang aku rasakan dari prestasi ini?
            Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction  dapat terpadu untuk membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis menekankan bahwa sesungguhnya, asesmen diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction dalam model tersebut.
            Asesmen diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar peserta didik dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu:
(1)   libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian,
(2)   pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya,
(3)   berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan
(4)   arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya.

Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Pengajar mengajak peserta didik bersama-sama menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis asesmen diri dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan tersebut dan bagaimana mencapainya.  Daftar cek pada asesmen kinerja di atas, bila digunakan siswa pada saat proses belajarnya, akan menjadi alat asesmen diri yang memberinya informasi tentang kemajuan belajarnya. Ada juga cara lain untuk melakukan asesmen diri, misalnya dengan mengajukan pertanyaan sendiri dan menjawabnya, menyatakan hal-hal yang disukai dari aktivitas yang dilakukannya, dan lain sebagainya.
            Ada kecenderungan peserta didik akan menilai diri terlalu tinggi dan subyektif. Karena itu, penilaian diri dilakukan berdasarkan criteria yang jelas dan objektif. Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri
b. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai
c. Menentikan criteria penilaian yang akan digunakan
d. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda
    cek atau skala penilaian.
e. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri
f. Guru mengkaji hasil penilaian, untuk mendorong peserta didik supaya
    senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif
g. Lakukan tindakan lanjutanm antara lain guru memberikan balikan tertulis, guru
    dan siswa membahas bersama proses dan hasil penilaian.

Asesmen diri merupakan suatu model yang menghubungkan antara hakikat penilaian diri dengan hasil belajar siswa. Apabila siswa merancang sendiri tujuan kemampuannya, maka ia memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan kemampuannya. Keuntungan lainnya adalah member kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam proses asesmen. Bila asesmen dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran, maka fokus berpindah dari member tes menjadi memebantu siswa memehami tujuan pengalaman belajar dan kriteria keberhasilan. Selain itu hasil studi mengatakan bahwa melalui penilaian diri memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi social dengan teman sejawat mulai dari siswa berkemampuan rendah sampai tinggi. Ada hubungan positif antara kebutuhan dan prestasi siswa dan hal ini sangat tampak apabila guru menggunakan teknik belajar kooperatif. Karena dalam pembelajaran kooperatif menuntut siswa dapat berinteraksi bersama teman sejawat. Oleh karena itu dalam penilaian diri terdapat tiga proses regulasi diri yaitu :
a.         Siswa melakukan observasi sendiri yang berfokus pada aspek kinerja yang relevan denga tujuan dan standar keberhasilan
b.        Siswa mempertimbangkan sendiri dan menentukan tujuan khusus dan umum yang akan dicapai
c.         Siswa melakukan reaksi diri, menafsirkan tingkat pencapaian tujuan, dan menghayati keberhasilan/kemajuan sebagau bahan refleksi diri.









Contoh Lembar Evaluasi Diri Siswa

Inventori Minat Membaca

Nama Pembelajar:_____________________________

No.
Deskripsi
Ya/ Tidak
1.
Saya suka membaca cerita apapun, terutama kisah-kisah orang terkenal

2.
Saya lebih banyak membaca cerita untuk waktu luang saya

3.
Saya tidak sabar untuk mengetahui akhir dari kisah yang saya baca

4.
Banyak hal yang menarik dalam cerita-cerita yang saya baca

5.
Saya sering melihat kehidupan dalam cerita-cerita

6.
Saya lebih asyik membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal yang lain

7.
Dst……..




C. Projek
Projek, atau seringkali disebut pendekatan projek (project approach) adalah investigasi mendalam mengenai suatu topik nyata. Dalam projek, siswa mendapat kesempatan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya. Pelaksanaan projek dapat dianalogikan dengan sebuah cerita, yaitu memiliki fase awal, pertengahan, dan akhir projek.
Kegiatan projek adalah cara yang amat baik untuk melibatkan siswa dalam pemecahan masalah karena bersifat sangat ilmiah apalagi ditunjang dengan kegiatan yang berhubungan dengan dunia nyata. Projek dapat melibatkan siswa secara aktif dan menemukan situasi baru yang mendorong siswa menemukan suatu masalah sehingga dapat menuntut mereka merumuskan hipotesis yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Untuk sekolah tingkat dasar melalui projek juga menyediakan peluang bagi siswa untuk mengekplorasi ide-ide ilmiah dengan menggunakan materi fisik atau teknologi baru. Siswa dapat diarahkan untuk melakukan investigasi permasalahan yang ada di sekitar kehidupan siswa baik lingkungan sekolah maupun tempat tinggal siswa. Projek yang diberikan dalam konten(isi) pemecahan masalah, dapat digunakan siswa untuk
melakukan ekplorasi belajar dan berfikir tantangan ide yang mengembangkan pemahaman mereka dalam berbagai area isi kurikulum.
 Asesmen projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kamampuan mengaplikasikan, kamampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan dari siswa pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
a.         Kemampuan pengelolaan, kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b.        Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dengan memepertimbangkan tahap pengetahuan, pamahaman dan keterampilan dalam pembelajaran
c.         Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik

Teknik asesmen projek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir projek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data dan menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Beberapa contoh kegiatan siswa dalam penilaian projek, misalnya penelitian sederhana tentang dampak limbah terhadap kesehatan, pementasan drama, dan sebagainya.
Berikut ini diberikan contoh suatu asesmen projek dengan tugas projek berupa pertunjukan drama.


Fase awal : Guru memberikan tugas projek pada siswa, sebagai berikut.

Tugas Projek : Pertunjukan Drama

Petunjuk  :
o   Pilihlah salahsatu drama karya Putu Wijaya
o   Setiap kelompok terdiri dari 5 – 10 orang siswa
o   Pertunjukan akan dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2007 di auditorium sekolah
o   Lama waktu pertunjukan adalah satu jam untuk setiap kelompok, karena itu naskah dapat dimodifikasi tanpa meninggalkan pesan aslinya.

Fase Pengembangan; 
Siswa mencari bahan, memodifikasi naskah, berdiskusi dengan ahli, berlatih secara terbimbing maupun mandiri.

Fase Akhir: siswa menampilkan hasil kerja mereka, yaitu berupa petunjukan drama.



Untuk tugas projek tersebut di atas, guru mengembangkan rubric penilaian seperti dibawah ini.


No.
Aspek
Deskripsi
Skor (1-5)
Bobot

1.
Persiapan
Pemilihan naskah



Pemilihan pemain

Jadwal kegiatan

………………..

………………….

2.
Pelaksanaan
Kerjasama






Intensitas dan kualitas latihan

…………………….

……………………..

……………………..

3.
Akhir
Ketepatan pembawaan karakter



Improvisasi

Aplikasi konsep tata panggung dan pendukung lainnya

Kekuatan penyampaian pesan

…………………..

4.
……………..
…………………….






D.   Portofolio

Johnson and Johnson (dalam Janet, 2002: 98) mendefinisikan, “A portfolio is an organized collection of evidence accumulated over time on a student’s or group’s academic progress, achievements, skills, and attitudes.” Jadi, portfolio merupakan koleksi dari bukti-bukti kemajuan siswa atau kelompok siswa, bukti prestasi, keterampilan, dan sikap siswa. Dalam konteks ini, portfolio matematika merupakan kumpulan (koleksi) pekerjaan-pekerjaan siswa yang terbaik atau karya siswa yang paling berarti sebagai hasil kegiatan matematikanya. Portfolio dapat menampilkan pekerjaan terdahulu dan pekerjaan terbaru sehingga mengilustrasikan kemajuan belajar siswa (Janet).
Penilaian portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang (Pomham, 1984). Seluruh hasil belajar peserta didik (hasil tes, hasil tugas perorangan, hasil praktikum atau hasil pekerjaan rumah) dicatat dan diorganisir secara sistematik.
Fungsi penilaian fortopolio adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan KBM. Kumpulan hasil pekerjaan peserta didik dapat berupa: (1) puisi; (2) karangan; (3) gambar/tulisan; (4) peta/denah; (5) desain; (6) paper; (7) laporan observasi; (8 ) laporan penyelidikan; (9) laporan penelitian; (10) laporan eksperimen; (11) sinopsis;(12) naskah pidato/kotbah; (13) naskah drama;(14) doa; (15) rumus;(16) kartu ucapan; (17) surat; (18 ) komposisi musik; (19) teks lagu; (20) resep masakan.[1]