THE EFFECT OF FORMATIVE
ASSESSMENT FEEDBACK
AND
LOCUS OF CONTROL TOWARDS ENGLISH WRITING SKILLS
Juriadi
SDN
Kelapa Dua 2
JL. Pendidikan,
Kavling Cibogo Kulon, Kec. Kelapa Dua, Kab. Tangerang
Email: juriadis@yahoo.com
Abstract
The objective of this study is to find out the
effect of formative
assessment feedback and locus of control
towards English writing skills. It was a quantitative research. The
research method used in this study is an experimental method. While the design is factorial design of 2x2 and the research hypotheses were tested using two way analysis
of variance (ANOVA). The data were collected through test and non test instrument. A panel
test has been done to get instruments
content validity. Sample
of this experiment were two state elementary school. It was taken by
multi-stage random sampling.
The results of this study indicates that: (1) the English writing skill using individual feedback is
higher than classical feedback, (2) the English writing skill of students who
have locus of control internal is higher
than locus of control external, (3) there is an interaction effect between feedback and locus of control towards the English writing skills, (4) special groups of students
who have locus of control internal which using individual feedback is higher
than using classical feedback, and (5) special group of students which using
individual feedback, the English writing skills of students who have internal
locus of control is higher than external locus of control. The result of this
study lead to a conclusion that the implementation of individual feedback is
more effective especially in instructional of writing for elementary level. And it is also can be
implemented to other subject of study and level.
Keywords: feedback, locus of control,
writing skill
PENGARUH UMPAN
BALIK PENILAIAN FORMATIF DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS
SDN
Kelapa Dua 2
JL. Pendidikan,
Kavling Cibogo Kulon, Kec. Kelapa Dua, Kab. Tangerang
Email: juriadis@yahoo.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari
umpan balik penilaian formatif dan locus
of control terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. Sedangkan desainnya adalah desain faktorial 2x2 dan hipotesis penelitian diuji
menggunakan analisis varians dua jalan (ANAVA). Data
penelitian dikumpulkan menggunakan
instrumen tes dan non tes. Uji panel dilakukan untuk mendapatkan validitas isi
instrumen. Sampel penelitian ini adalah dua sekolah dasar negeri. Pemilihan sampel
menggunakan teknik multi-stage random
sampling
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kemampuan
menulis bahasa Inggris dengan menggunakan umpan balik individual lebih tinggi dari umpan balik
klasikal,
(2) kemampuan menulis bahasa Inggris siswa yang memiliki locus of control internal lebih tinggi dari siswa yang memiliki locus of control eksternal,
(3) ada efek interaksi antara umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris, (4) khusus kelompok siswa yang
memiliki locus of control internal
yang diberikan umpan
balik individual lebih tinggi daripada yang
diberikan umpan balik klasikal, dan (5) khusus kelompok siswa yang diberikan umpan
balik individual, keterampilan menulis bahasa Inggris siswa yang memiliki locus of control internal lebih tinggi
dari siswa yang memiliki locus of control eksternal. Hasil dari
penelitian ini mengarah pada kesimpulan bahwa pemberian umpan
balik individual lebih efektif terutama dalam pembelajaran menulis untuk siswa tingkat
sekolah dasar. Dan umpan balik ini juga dapat diterapkan untuk subyek
studi dan tingkatan lainnya.
Pendahuluan
Menulis
adalah salah satu keterampilan
berbahasa dan merupakan suatu
kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan ekspresi
dalam bentuk tulisan. Dalam proses
pembelajaran bahasa tidak bisa dipisahkan
dengan tiga keterampilan berbahasa
yang lain. Keterampilan tersebut adalah
mendengarkan,
berbicara dan
membaca. Semua keterampilan
berbahasa itu memiliki hubungan
saling melengkapi. Hal tersebut
berlaku juga dalam pembelajaran bahasa Inggris. Sebagaimana
dalam kurikulum 2004 (KBK) yang kemudian disempurnakan dengan kurikulum 2006
(KTSP) disebutkan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah mengembangkan
kemampuan dalam bahasa Inggris secara lisan
dan tulisan.
Menulis
memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia, karena pengetahuan
apapun tidak terlepas dari kegiatan menulis. Terlebih lagi pada era globalisasi sekarang ini, kita
banyak dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan. Keterampilan yang penting untuk dikuasai adalah keterampilan berbahasa.
Saat ini bahasa Inggris menjadi bahasa Internasional. Sumber-sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi pada umumnya
berbahasa Inggris. Selain itu, pada era global ini, komunikasi antar
manusia semakin terbuka luas. Oleh karena itu penguasaan kemampuan bahasa
Inggris mutlak diperlukan bila ingin menjalin komunikasi dan kerjasama yang
lebih luas.
Salah satu aspek penting dalam belajar bahasa Inggris
adalah menulis. Oleh
sebab itu, penguasaan keterampilan menulis bahasa
Inggris sangat diperlukan. Mengingat pentingnya keterampilan
tersebut, maka perlu pembinaan
dari tingkat dasar atau sekolah dasar (SD).
Kegiatan
menulis merupakan aktivitas berbahasa yang tidak banyak
orang menyukainya, bahkan dikalangan terpelajar sekalipun. Kita
dapat membuktikan kebenaran pernyataan tersebut dengan mengamati kegiatan
komunikasi verbal dalam kehidupan
sehari-hari, di sekolah maupun di rumah. Frekuensi
aktivitas menulis menempati peringkat paling rendah bila dibandingkan dengan menyimak, berbicara, dan membaca. Bukti konkritnya lagi bisa kita lihat dikalangan
mahasiswa banyak yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas
akhir perkuliahannya yaitu menulis skripsi, tesis, atau disertasi.
Menurut Akhadiah (1997: iii), ada
beberapa faktor penyebab aktivitas menulis kurang disukai. Pertama, lingkungan
keluarga yang minat dan kegemaran baca
tulisnya rendah. Kedua, kurangnya kesadaran
tentang pentingnya menulis bagi
pengembangan diri. Ketiga, pengalaman belajar menulis di sekolah yang kurang menyenangkan.
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 291) mengemukakan
bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling tinggi tingkat
kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan
dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan
menulis disebut sebagai keterampilan mekanistik. Artinya kemampuan menulis
tidak mungkin dapat dikuasai melalui teori saja. Keterampilan menulis tidak
datang dengan otomatis tetapi harus melalui latihan dan praktik yang teratur. Di samping itu perlu
kembangkan juga suatu cara atau
metode khusus guna meningkatkan
kemampuan menulis dikalangan siswa sekolah dasar. Untuk mengembangkan cara atau
metode tersebut perlu diperhatikan juga bagaimana karakterisitik menulis itu
sendiri.
Menurut Syafi’i
(1988: 45) menulis
adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta
informasi ke dalam tulisan. Akhadiah (1998: 1) mengatakan, menulis adalah suatu aktivitas komunikasi
yang menggunakan bahasa sebagai medianya dan wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas
rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya seperti ejaan dan
tanda baca. Selain itu Akhadiah, Maidar, dan Sakura (1998: 13) juga
mengemukakan bahwa menulis adalah proses
penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan
simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama
oleh penulis dan pembaca. Heaton
(1989: 135) mengatakan, menulis
atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak
pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut
dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan
lainnya. Tarigan (1994: 3) menyatakan bahwa
menulis adalah kegiatan yang bersifat aktif dan produktif.
Belajar menulis adalah seperti belajar membaca. Keduanya
mengikuti
proses berurutan. Menulis memerlukan penggabungan dari beberapa keterampilan dasar dalam berbahasa. Tahap-tahap perkembangan siswa juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan tahapan-tahapan dalam proses menulis. Menurut Becky (2006: 112-113), ada 7 tahapan dalam proses menulis: pre-writing, rough draft, peer editing, revising, editing, final draft, dan publishing. Steve et al (2012: 27-33) mengatakan bahwa siswa harus berlatih untuk menulis kalimat yang baik yang dapat menjelaskan maksud dari apa yang ditulisnya sehingga dipahami oleh yang membaca. Untuk itu guru harus memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran pembentukan kalimat. Siswa juga perlu diajarkan bagaimana cara menggunakan berbagai struktur pada kalimat. Untuk itu pembelajaran dimulai dengan menulis serangkaian kalimat-kalimat sederhana sampai kepada kalimat-kalimat yang lebih kompleks. Guru perlu mendemonstrasikan contoh-contohnya. Steve juga mengatakan bahwa ada banyak keterampilan dasar yang yang harus dipelajari agar menjadi terampil dalam menulis. Keterampilan tersebut adalah keterampilan penulisan tangan/pengetikan, ejaan, tanda baca dan penggunaan huruf kapital. Selain itu keterampilan membuat kalimat efektif dan efisien juga membutuhkan perhatian khusus. Kathleen, James, dan Donald (2003: 4) juga mengatakan bahwa siswa harus belajar keterampilan dan konsep utama dalam bahasa tulis yang lebih kompleks dan mengelaborasikan pemahamanan serta memunculkan motivasinya. Keterampilan dan konsep utama itu adalah pemahaman akan prinsip-prinsip alphabet dan pemahaman struktur kalimat dasar.
proses berurutan. Menulis memerlukan penggabungan dari beberapa keterampilan dasar dalam berbahasa. Tahap-tahap perkembangan siswa juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan tahapan-tahapan dalam proses menulis. Menurut Becky (2006: 112-113), ada 7 tahapan dalam proses menulis: pre-writing, rough draft, peer editing, revising, editing, final draft, dan publishing. Steve et al (2012: 27-33) mengatakan bahwa siswa harus berlatih untuk menulis kalimat yang baik yang dapat menjelaskan maksud dari apa yang ditulisnya sehingga dipahami oleh yang membaca. Untuk itu guru harus memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran pembentukan kalimat. Siswa juga perlu diajarkan bagaimana cara menggunakan berbagai struktur pada kalimat. Untuk itu pembelajaran dimulai dengan menulis serangkaian kalimat-kalimat sederhana sampai kepada kalimat-kalimat yang lebih kompleks. Guru perlu mendemonstrasikan contoh-contohnya. Steve juga mengatakan bahwa ada banyak keterampilan dasar yang yang harus dipelajari agar menjadi terampil dalam menulis. Keterampilan tersebut adalah keterampilan penulisan tangan/pengetikan, ejaan, tanda baca dan penggunaan huruf kapital. Selain itu keterampilan membuat kalimat efektif dan efisien juga membutuhkan perhatian khusus. Kathleen, James, dan Donald (2003: 4) juga mengatakan bahwa siswa harus belajar keterampilan dan konsep utama dalam bahasa tulis yang lebih kompleks dan mengelaborasikan pemahamanan serta memunculkan motivasinya. Keterampilan dan konsep utama itu adalah pemahaman akan prinsip-prinsip alphabet dan pemahaman struktur kalimat dasar.
Menurut Beverly (2000: 1) tata
bahasa adalah sistem bunyi, struktur dan
arti dari suatu bahasa. Setiap bahasa memiliki strukturnya masing-masing.
Orang-orang yang berbicara dalam bahasa
yang sama dapat berkomunikasi karena mereka sama-sama mengerti sistem bahasa
yang mereka gunakan. Seseorang bisa saja
pandai berbicara namun belum tentu pandai menulis. Mereka perlu bimbingan dan
belajar untuk menjadi penulis yang efektif. Mereka harus belajar bagaimana mentransfer pengetahuan tentang konsep tatabahasanya dari bahasa lisan
menjadi bahasa tertulis. Oleh karena itu
pembelajaran tatabahasa menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dalam
pembelajaran menulis. Tatabahasa juga menjadi bagian yang penting dalam menghasilkan arti yang sesuai dengan kalimat
yang ditulis.
Ada tiga tingkatan dalam pembelajaran menulis. Pertama disebut dengan
istilah emergent writers. Pada
tingkatan ini siswa belajar bahwa bahasa lisan mereka bisa rekam dalam bentuk
tulisan. Oleh karena itu mereka menjadi
mengerti bahwa menulis digunakan untuk berkomunikasi. Mereka menirukan
tulisan orang dewasa menggunkan gambar, symbol, dan huruf-huruf sederhana. Kedua
early writer, siswa baru mulai
belajar memahami konsep-konsep tulisan, tujuan menulis, dan penggunaan beberapa
format dasar tulisan. Siswa mengekspresikan ide-idenya dalam kalimat-kalimat
sederhana. Ketiga developing fluency, dimana
siswa sudah mulai menulis untuk berbagai tujuan menggunakan format yang sesuai
untuk pembacanya. Siswa menulis melalui langkah-langkah proses penulisan yang menggunakan beragam strategi ejaan, dan
membuat kalimat-kalimat menjadi sebuah
paragraph.[1]
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan yang kompleks, sehingga untuk menguasai keterampilan menulis perlu mendapat perhatian khusus. Siswa perlu sejak dini diberikan
motivasi untuk menyenangi kegiatan
menulis melalui tahapan-tahapan atau proses. Proses yang dilakukan
dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar disesuaikan dengan
tingkatan kelas dan tingkat
kesulitan serta bentuk dan jenis tulisan yang dilatihkan. penyajian materi atau bahan pelajaran harus
dimulai dari mudah ke yang
sedang, dari yangsedang ke yang sukar, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui, dan
dari yang konkret
ke yang abstrak. Latihan-latihannya
dilakukan secara bertahap. Selain itu, dalam setiap latihan-latihan
tersebut perlu diberikan umpan balik. Umpan balik tersebut menjadi sarana bagi
siswa untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
Menurut Chaudron (1988:
134), pemberian umpan balik sangat penting artinya dalam proses
belajar termasuk dalam proses belajar bahasa.
Umpan balik dapat berinteraksi dengan faktor
informasi kognitif dan mempengaruhi
usaha siswa untuk memperbaiki tindak
bahasanya. Informasi yang terkandung dalam umpan
balik memungkinkan siswa untuk
lebih yakin terhadap hal yang dipelajari
dan dapat mengubah tingkah lakunya.
Dalam latihan menulis,
setiap individu akan menemui kesulitan dan kendala masing-masing. Untuk
mengatasi kesulitan tersebut siswa perlu mendapat bimbingan dan arahan.
Bimbingan dan arahan tersebut bisa dilakukan dengan banyak cara. Diantaranya adalah melalui umpan
balik terhadap hasil kerja atau tulisan siswa. Melalui hasil kerja atau tulisan siswa, guru dapat
mengetahui dimana letak kesalahan atau
kesulitan yang dialami siswa. Oleh karena itu, guru dapat memberikan umpan
balik berupa penjelasan ataupun koreksi
baik pada lembar kerja atau tulisan siswa maupun melalui penjelasan secara lisan. Guru dapat
memberikan umpan balik secara individual
maupun secara klasikal. Hal tersebut senada dengan Nasution (2010: 53)
yang menyatakan bahwa umpan balik digunakan untuk membantu
setiap anak dalam mengatasi kesulitan, baik secara klasikal maupun secara
individual, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Menurut Suryabrata
(1983: 6-14) ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
hasil belajar. Faktor-faktor tersebut dikelompokan menjadi empat yaitu: (1) faktor
bahan yang dipelajari; (2) faktor lingkungan; (3) faktor instrumental;
dan (4) faktor kondisi individu siswa.
Faktor bahan atau materi menulis
yang dipelajari turut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi, dan
bagaimana hasil yang diharapkannya serta
bagaimana taraf kesukaran dan
kompleksitas bahan. Faktor
lingkungan, baik itu lingkungan alam maupun
lingkungan sosial turut pula
mempengaruhi pemerolehan kemampuan menulis,
baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung. Faktor instrumental merupakan faktor yang dapat dirancang dan dimanipulasikan guna menunjang tercapainya
tujuan yang dikehendaki. Faktor
ketiga ini sangat berpengaruh
bagaimana belajar itu terjadi dan bagaimana hasilnya. Faktor kondisi individu siswa merupakan bagian yang sangat menentukan karena
faktor siswalah yang merupakan
subjek proses belajar dan siswa itu pula
yang akan dibentuk dan
diarahkan untuk mencapai sasaran
belajar.
Siswa sebagai individu tentu memiliki sifat, karakter,
dan latar belakangnya masing-masing. Kesemuanya itu mempengaruhi pola pikir dan
persepsi siswa terhadap dirinya, lingkungannya, dan kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya termasuk kegiatan belajarnya. Oleh karena itu penting untuk
memperhatikan faktor persepsi ini.
Persepsi terkait dengan locus of control.
Beretvas, Suizzo dan Yarnell (2008:
97) mengutip mengutip Rotter yang menyatakan bahwa locus
of control
adalah persepsi individu terhadap
sumber-sumber yang mengontrol kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang
dapat dibedakan menjadi locus
of control eksternal dan internal. Locus of control internal adalah keyakinan individu bahwa keberhasilan
atau kegagalan yang dialami adalah merupakan tanggung jawab pribadi dan
merupakan usaha sendiri.
Individu yang mempunyai locus
of control internal diidentifikasikan lebih banyak
menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan diidentifikasikan juga lebih
menyenangi keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan.
Sedangkan locus of control eksternal merupakan keyakinan individu bahwa keberhasilan atau kegagalan ditentukan oleh kekuatan yang berada diluar dirinya yaitu nasib,
keberuntungan atau kekuatan lain. Individu yang mempunyai locus of control eksternal diidentifikasikan
lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih
banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
faktor locus of
control juga mempengaruhi
kemampuan menulis siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Faktor locus of control ini juga diduga
berinteraksi dengan umpan balik. Umpan balik sebagai stimulus dari luar dan locus of control yang menentukan respon apa yang akan dilakukan
seorang siswa terhadap stimulus. Jadi, interaksi antara umpan balik dan locus of control ini diduga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Bila
diterapkan dalam pembelajaran bahasa tentu saja akan mempengaruhi pemerolehan
kemampuan berbahasa,
khususnya lagi kemampuan menulis.
Jadi,
dalam penelitian ini penulis memfokusan perhatian pada dua hal, yaitu umpan balik dan locus of control. Peneliti mencoba
menyodorkan suatu alternatif dalam pembinaan kemampuan menulis bahasa
Inggris dengan teknik pemberian umpan balik yang dalam hal ini adalah umpan balik individual dan
klasikal dengan memperhatikan locus of
control siswa. Faktor-faktor tersebut dalam proses belajar menulis diduga kuat
saling berkaitan namun yang penting adalah bagaimana mengatur dan mengusahakan agar faktor-faktor tersebut
mempunyai pengaruh yang mendukung terhadap tercapainya kemampuan menulis yang optimal.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan antara kelompok siswa yang diberikan umpan balik
penilaian formatif secara klasikal dan individual, perbedaan antara kelompok
siswa yang memiliki locus of control internal dan eksternal dan interaksi umpan balik penilaian formatif dan locus of control terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris.
Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan desain ekperimen faktorial 2×2. Penelitian
ini mengungkapkan pengaruh pemberian umpan balik penilaian formatif dan locus of control terhadap kemampuan
menulis bahasa Inggris. Populasi
target dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas 6 di SD Negeri Kelapa Dua 2
dan SD Negeri Kelapa Dua 4, kabupaten Tangerang propinsi Banten.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multi
stage random sampling.
Gambar 1. Desain
penelitian
Locus of Control (B)
|
Umpan Balik
(A)
|
|
Individual (A1)
|
Klasikal (A2)
|
|
Internal (B1)
|
A1B1
|
A2B1
|
Eksternal (B2)
|
A1B2
|
A2B2
|
Instrumen tes menggunakan tes Bahasa Inggris esai
sebanyak 12 butir soal. Semua data telah diuji dan telah memenuhi persyaratan analisis. Uji
normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji
Bartlet. Analisis data untuk
menguji hipotesis menggunakan ANAVA dua jalan. Untuk mengetahui
signifikansi perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan dilakukan uji
lanjut menggunakan uji Tukey.
Hasil Penelitian
Ringkasan hasil
perhitungan analisis data uji ANAVA dua jalan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
1. Hasil Perhitungan Main Effect Anava Dua Jalan
Sumber varians
|
JK
|
dB
|
RJK
|
Fo
|
F Tabel
|
a = 0,05
|
|||||
Antar
A
|
252,36
|
1
|
252,36
|
4,62*
|
4,02
|
Antar
B
|
547
|
1
|
547
|
10,014*
|
|
Interaksi
AB
|
1277,74
|
1
|
1277,74
|
23,39**
|
|
Dalam
|
3059.62
|
56
|
54.64
|
-
|
|
Total
|
5136.83
|
59
|
-
|
-
|
|
* = Signifikan ** = Sangat
Signifikan
Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan menulis antara
siswa yang diberikan
umpan balik individual dengan umpan balik klasikal. Terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan menulis siswa yang memiliki locus of control internal dengan locus of control eksternal, dan terdapat interaksi antara pemberian umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris. Pengujian dilanjutkan dengan
menggunakan uji Tukey. Sebagimana tabel berikut:
Tabel 2. Hasil pengujian uji Tukey
Pengujian
|
Q
Hitung
|
Q tabel
|
a =
0,05
|
||
A1B1 dan A2B1
|
7,02
|
4,08
|
A1B2 dan A2B2
|
2,67
|
4,08
|
A1B1 dan A1B2
|
8,12
|
4,08
|
A2B1dan A2B2
|
2,71
|
4,08
|
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa: (1) kemampuan menulis kalimat sederhana bahasa Inggris kelompok
siswa yang diberikan umpan balik individual lebih tinggi daripada kemampuan menulis
kalimat sederhana bahasa Inggris kelompok
siswa yang diberikan umpan balik klasikal,
(2) kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris kelompok
siswa yang berkategori locus of control
internal lebih tinggi daripada kemampuan
menulis kalimat bahasa Inggris kelompok
siswa yang berkategori locus of control eksternal, (3) terdapat pengaruh
interaksi antara umpan balik dan locus of
control terhadap Kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa, (4) pada kelompok siswa yang
berkategori locus of control internal,
kemampuan menulis
kalimat bahasa Inggris siswa
yang diberi umpan balik individual lebih tinggi daripada kemampuan
menulis kalimat bahasa
Inggris siswa yang diberikan umpan balik klasikal, dan (5) pada kelompok siswa yang diberikan
umpan balik individual, kemampuan
menulis kalimat bahasa
Inggris siswa yang berkategori locus of
control internal lebih tinggi dari kemampuan
menulis kalimat sederhana bahasa Inggris siswa
yang memiliki locus
of control eksternal.
Pembahasan
Hasil pengujian
hipotesis pertama menunjukan adanya perbedaan yang signifikan kemampuan menulis
bahasa Inggris kelompok siswa yang diajarkan umpan balik individual dengan
umpan balik klasikal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Black and William (1998: 7) bahwa umpan balik individual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Skor rata-rata kemampuan menulis bahasa Inggris pada
kelompok siswa yang diajarkan umpan
balik individual lebih
tinggi daripada skor rata-rata kemampuan
menulis bahasa Inggris kelompok
siswa yang diajarkan umpan balik klasikal.
Berdasarkan
hasil pengujian data kemampuan
menulis bahasa Inggris siswa dapat dijelaskan bahwa pemberian umpan balik
individual lebih efektif
untuk meningkatkan kemampuan
menulis kalimat bahasa Inggris siswa
daripada umpan balik klasikal. Pemberian
umpan balik mempengaruhi usaha siswa
untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil
belajarnya.
Peningkatan hasil belajar tersebut karena dalam proses pembelajarannya terdapat
interaksi kognitif antara umpan balik dengan faktor-faktor informasi yang
diterima. Informasi yang
diberikan dalam umpan balik individual lebih banyak dan lebih detail. Kesulitan
atau kesalahan yang dilakukan setiap siswa diberikan penjelasan secara tertulis langsung pada
lembar kerja siswa. Siswa memproses
informasi yang diteima berupa koreksi atau penjelasan terhadap kesulitan atau kesalahannya sehingga siswa
menjadi lebih paham dan mengerti terhadap materi yang diajarkan. Selain itu tingkat keprivasian siswa pun akan lebih
terjaga.
Lain halnya dengan umpan balik klasikal, informasi
yang diberikan lebih bersifat umum. Kesalahan atau kesulitan yang
sering muncul pada siswa dirangkum untuk kemudian disampaikan secara
lisan maupun dalam format khusus secara
tertulis. Penjelasan yang dibeng
berikan pada umpan balik klasikal ini
tidak mengakomodir semua semua kesalahan atau kesulitan siswa yang sangat
beragam.
Pengujian
hipotesis kedua menunjukkan bahwa, skor rata-rata kemampuan menulis
kalimat bahasa Inggris pada kelompok
siswa yang memiliki locus
of control internal lebih
tinggi daripada skor rata-rata kelompok siswa yang memiliki locus
of control eksternal. Secara umum, siswa yang
memiliki locus of control internal
cenderung lebih aktif mencari informasi, unggul dalam
menggunakan data. Siswa
yang memiliki locus of control internal lebih
termotivasi mencari informasi yang akan membantunya dalam mengambil
keputusan yang tepat atau dalam memperbaiki
suatu kesalahan. Seseorang yang
mempunyai locus of control internal juga lebih aktif dan konstruktif dalam situasi sulit dan termotivasi
melakukan
tindakan atau usaha maksimal untuk mencapai suatu hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, siswa yang memiliki locus of control internal akan
lebih memberikan perhatian pada umpan balik atas tindakan atau hasil kerja
mereka. Konsekuensinya, tingkah laku mereka dipengaruhi oleh kesuksesan dan kegagalan masa lalu. Jika mereka mengalami kegagalan atau kesalahan, akan mencari
alternatif jalan keluar untuk
memperbaiki kegagalan atau kesalahannya. Selain itu siswa yang memiliki locus of control internal lebih percaya diri dan yakin dengan kemampuan mereka,
sehingga akan lebih berhasil dan
berprestasi dalam belajar.
Siswa
yang memiliki locus of control
eksternal cenderung
tidak mau mencari informasi, cenderung pasif
menerima informasi apa adanya,
tidak cermat dalam menggunakan data yang diperlukan dalam mengambil keputusan yang tepat
atau
dalam memperbaiki suatu kesalahan. Siswa yang memiliki locus of control eksternal cenderung
tidak aktif dan tidak
konstruktif dalam situasi sulit, tidak berupaya keras
untuk menghadapi rintangan atau mencapai suatu hasil yang lebih baik. Siswa yang memiliki locus of control eksternal juga kurang perhatian terhadap
umpan balik, mereka lebih kaku dan kurang adaptif. Jika
mengalami kegagalan atau kesalahan, tidak berusaha mencari alternatif jalan keluar untuk memperbaiki kegagalan atau
kesalahannya. Jadi, siswa
tersebut cenderung pasrah dalam situasi sulit, frustasi,
dan lebih berharap ada faktor dari luar yang akan menolongnya. Selain itu siswa yang
memiliki locus of control eksternal
kurang percaya diri dan kurang yakin dengan kemampuannya, sehingga akan kurang berhasil atau kurang berprestasi dalam belajar.
Adanya perbedaan sifat dan ciri antara siswa
yang memiliki locus of control internal dan
siswa yang memiliki
locus of control eksternal, menyebakan perbedaan dalam kemampuan menulis
bahasa Inggris. Adeyinka, Adedeji, dan
Lawrence (2008:120) dalam penelitiannya menyimpulkan, terdapat hubungan
antara locus of control dengan
pencapaian akademik siswa.
Thomas, Sorensen, dan Eby (2006: 1056) menyatakan bahwa: “Internal
locus was positively associated with favorable work outcomes, such as positive
task and social experiences, and greater job motivation.” Berdasarkan
penelitiannya
itu diketahui terdapat hubungan
positif antara locus of
control, hasil kerja yang baik, seperti tugas positif
dan pengalaman sosial, dan motivasi kerja yang lebih tinggi. Ozen,
Mesci, dan Ovdur (2011: 113) meneliti tentang efek locus of control terhadap performa belajar. Hasilnya diketahui bahwa siswa yang
memiliki locus of control internal
performa belajarnya tinggi, mereka lebih proaktif dan efektif selama proses belajar. Sementara
itu siswa yang memiliki locus of control
eksternal lebih pasif dan reaktif selama
proses belajar.
Pengujian ketiga menunjukan terdapat pengaruh interaksi yang signifikan
antara kelompok siswa yang diberikan umpan balik Individual (A) dengan kelompok
siswa yang diberikan umpan balik klasikal (B) terhadap hasil belajar Bahasa
Inggris. Adanya interaksi membuktikan bahwa, masing-masing umpan balik memberi
pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan
menulis kalimat bahasa
Inggris jika diberikan pada kelompok siswa yang berkategori locus of control internal dan eksternal.
Dari
deskripsi data diatas dapat
dijelaskan,
untuk menguasai
kemampuan dan
keterampilan menulis dibutuhkan belajar dan latihan. Dalam
belajar
dan latihan terdapat faktor-faktor yang saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut
adalah umpan balik dan locus of control. Umpan balik dapat
berinteraksi dengan faktor informasi
kognitif dan mempengaruhi usaha siswa untuk memperbaiki tindak
bahasanya. Informasi yang terkandung dalam umpan balik memungkinkan siswa untuk lebih yakin terhadap hal yang dipelajari dan
dapat mengubah tingkah lakunya. Perubahan inilah yang berperan dalam hal
meningkatkan kemampuan menulis bahasa
Inggris siswa.
Kemampuan menulis
sebagai produk dari pembelajaran bahasa dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
merupakan faktor internal dan eksternal. Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan ditentukan
oleh interaksi dari faktor-faktor tersebut. Meskipun
variabel eksternal berpengaruh besar terhadap perolehan hasil belajar, namun tak bisa dipungkiri
juga pengaruh tersebut juga ditentukan oleh interaksi individu terhadap pengaruh dari luar tersebut. Locus of control adalah faktor
yang menentukan bagaimana interaksi individu terhadap pengaruh dari luar berupa pemberian
umpan balik. Pangaruh timbal balik ini akan
tergambar pada kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa
Inggris yang merupakan akumulasi
interaksi antara variabel
internal dan eksternal. Siswa yang memiliki locus
of control internal
punya kecenderungan untuk
berusaha memperbaiki hasil belajar atau
dalam hal ini kemampuan menulisnya. Untuk
memperbaiki hasil belajar atau kemampuannya, siswa tersebut akan mudah merespon atau menerima masukan, saran, kritikan, ataupun
koreksi yang diberikan kepadanya.
Sebaliknya, siswa yang memiliki locus of control eksternal cenderung
kurang ada upaya untuk memperbaiki hasil belajar atau
kemampuan menulisnya. Siswa dengan locus of control eksternal
kurang merespon
terhadap umpan balik yang diberikan. Oleh karena itulah terdapat
pengaruh interaksi antara pemberian
umpan balik dengan locus of control terhadap
kemampuan menulis kalimat dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Pengujian
keempat menunjukkan bahwa, skor rata-rata kemampuan
menulis kalimat bahasa
Inggris kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual dan skor
rata-rata Kemampuan menulis kalimat
bahasa Inggris
kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal berbeda secara signifikan,
jika masing-masing berkategori locus of
control internal. Hasil uji lanjut
menggunakan uji Tukey memberikan nilai Qhitung lebih besar dari Qtabel yang berarti tolak
H0. Oleh karena itu,
dapat
disimpulkan bahwa rata-rata
kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris
kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual lebih tinggi
dari rata-rata kemampuan menulis kalimat
bahasa Inggris kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal, jika
masing-masing berkategori locus of
control internal.
Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa, pemberian umpan balik individual lebih efektif
daripada umpan balik klasikal pada siswa
yang memiliki locus
of control internal. Bagi siswa yang memiliki locus of control internal cenderung
mencari informasi lebih banyak dan lebih
baik maka cocok untuk diberikan umpan balik
individual, karena lebih banyak dan
lebih detail juga informasi yang siswa terima
melalui umpan balik yang diberikan secara
individual. Adapun informasi
yang diberikan dalam umpan balik
individual ini menggunakan umpan
balik tingkat 4, yakni KCR (Knowledge of The Correct Response)
ditambah dengan penjelasan. Hasil
menulis siswa dikoreksi dengan memberikan pembetulan dan komentar pada tulisan siswa.
Sementara itu umpan balik klasikal
diberikan dengan cara menginformasikan kesalahan pada umumnya setelah dikoreksi guru. Guru
menuliskan kesalahan-kesalahan
secara umum pada format khusus. Kesalahan-kesalahan tersebut selanjutnya
diumumkan atau dijelaskan kepada
siswa secara klasikal. Sehingga dengan cara ini informasi mengenai kesalahan
atau koreksi yang diberikan tidak spesifik dan tidak individual, melainkan hanya secara
umum digambarkan atau dijelaskan kesalahan atau koreksi yang paling banyak
muncul di kelas. Namun informasi yang
diberikan tersebut akan tetap sangat berguna bagi siswa yang memiliki locus of control internal.
Karena umpan
balik individual lebih banyak memberikan
informasi yang spesifik
maka akan memberikan pengaruh lebih besar juga, sedangkan dalam umpan balik klasikal
informasi lebih bersifat general dan tidak spesifik dan terinci, maka akan
lebih sedikit juga informasi yang diolah siswa.
Oleh karena itulah terdapat perbedaan hasil tes menulis bahasa Inggris pada
siswa yang memiliki locus of control
internal yang diberi perlakuan umpan balik individual dengan yang diberikan perlakuan umpan balik
klasikal.
Pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa, nilai rata-rata
kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris
kelompok siswa yang diajarkan umpan balik individual dan nilai rata-rata
kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris kelompok
siswa yang diajarkan umpan balik klasikal
tidak berbeda, jika masing-masing berkategori locus of control eksternal. Hasil perhitungan pada uji Tukey menunjukkan bahwa, Qhitung lebih kecil dari Qtabel, maka H0 diterima. Artinya, hipotesis kelima ini tidak teruji.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perbedaan nilai rata-rata Kemampuan Menulis Kalimat Bahasa Inggris pada kelompok siswa yang
diberikan Umpan Balik Individual dan
kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal tidak signifikan, jika
masing-masing berkategori locus of
control eksternal. Tidak adanya perbedaan yang signifikan ini karena memang
siswa yang memiliki locus of control eksternal diidentifikasikan lebih banyak
menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari
dan memilih situasi yang menguntungkan. Artinya ia akan lebih bersifat pasif
terhadap apa yang sudah perolehnya. Ia tidak berusaha untuk meningkatkan hasil yang sudah dicapainya dan lebih banyak
menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain maka pemberian umpan balik klasikal lebih
mereka sukai. Melalui
pemberian umpan balik klasikal siswa tersebut akan cenderung mencari solusi atau memperbaiki
sesuatu yang sama dengan siswa lainnya. Hal
itu karena dalam umpan balik klasikal kesalahan-kesalahan,
koreksi ataupun petunjuk perbaikan bersifat umum. Sedangkan bila diberikan
umpan balik individual guru tidak
memberikan penjelasan secara umum, melainkan diberikan pada lembar kerja siswa
secara tertulis tanpa penjelasan didepan kelas. Jadi umpan balik individual
ini tidak akan terlalu menjadi perhatian
mereka yang memiliki locus of control
eksternal. Dengan kata lain tidak banyak memberikan dampak bagi pencapaian
hasil belajar mereka. Seberapa banyaknya koreksian, catatan, ataupun petunjuk
yang diberikan dalam umpan balik tidak akan terlalu menjadi perhatian mereka.
Secara
umum seseorang yang memiliki locus of control eksternal, akan
menaruh perhatian yang sangat
sedikit terhadap umpan balik, mereka lebih kaku dan kurang adaptif. Sehingga umpan balik yang diberikan tidak
akan akan banyak berpengaruh bagi
kemampuan menulis bahasa Inggris siswa yang memiliki locus of control eksternal. Jadi, walaupun umpan balik klasikal
cocok untuk diberikan terhadap siswa yang memiliki locus of control eksternal
dan umpan balik individual tidak
cocok diberikan kepada sisiwa yang
memiliki locus of control eksternal namun
perbedaan hasil belajarnya tidak
signifikan.
Pengujian
keenam menunjukkan bahwa, skor rata-rata kemampuan
menulis kalimat bahasa Inggris kelompok
siswa yang berkategori locus of control
internal dan skor rata-rata kemampuan
menulis kalimat bahasa
Inggris kelompok
siswa yang berkategori locus of control
eksternal berbeda secara signifikan, jika masing-masing diberikan umpan
balik individual. Hasil
perhitungan pada uji Tukey menunjukkan bahwa, Qhitung
lebih besar dari Qtabel yang berarti H0
ditolak. Nilai rata-rata kelompok siswa
yang berkategori locus of control internal
dan rata-rata kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal berbeda
secara signifikan, jika masing-masing diberikan umpan balik individual.
Berdasarkan pengitungan uji
Tukey di atas dapat disimpulkan bahwa, khusus kelompok
siswa yang diberikan umpan balik individual, rata-rata kemampuan menulis
kalimat bahasa Inggris kelompok siswa yang
berkategori locus of control internal lebih tinggi daripada kelompok siswa yang
berkategori locus of control eksternal. Siswa
yang memiliki locus of control internal
cenderung mencari informasi lebih banyak
dan lebih baik maka cocok diberikan
umpan balik individual, karena akan
lebih banyak dan lebih detail juga informasi yang siswa terima melalui umpan balik yang
diberikan secara individual. Informasi
yang diberikan dalam umpan balik
individual ini menggunakan umpan
balik tingkat 4, yakni KCR (Knowledge of The Correct Response). Menurut Mory (2012: 753) pada umpan balik tingkat 4 ini siswa
diberi informasi bagaimana seharusnya
jawaban yang benar ditambah dengan penjelasan. Jadi, hasil
menulis siswa dikoreksi dengan
memberikan pembetulan dan komentar pada lembar kerja siswa.
Sementara itu, siswa yang mempunyai locus of control eksternal diidentifikasikan
lebih banyak menyandarkan harapannya dan bergantung pada orang lain serta lebih
banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. Artinya lebih bersifat
pasif terhadap apa yang sudah perolehnya, tidak berusaha untuk meningkatkan hasil yang sudah dicapainya. Begitu
juga informasi atau koreksi yang diberikan pada umpan balik individual tidak
akan terlalu menjadi perhatian siswa yang memiliki locus of control eksternal. Umpan balik individual tidak banyak
memberikan dampak bagi pencapaian hasil belajar mereka. Sehingga pemberian
umpan balik individual kurang efektif
bagi siswa yang memiliki locus of control
eksternal.
Siswa
yang memiliki locus of control
internal sangat menaruh perhatian
terhadap penjelasan, catatan, ataupun koreksian yang diberikan pada umpan
balik individual sedangkan siswa yang memiliki locus of control eksternal cenderung menaruh tidak perhatian
terhadap informasi atau
koreksi yang diberikan pada umpan balik individual. Oleh karena itulah terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki locus of control internal dengan
yang eksternal jika diberikan perlakuan umpan balik
individual.
Pengujian ketujuh menunjukkan bahwa skor
rata-rata kemampuan menulis kalimat
bahasa Inggris kelompok
siswa yang memiliki locus of control internal
dan kelompok siswa yang berkategori locus
of control eksternal tidak berbeda secara signifikan, jika masing-masing diberikan perlakuan umpan
balik klasikal. Hasil
perhitungan dengan menggunakan uji Tukey menunjukkan Qhitung lebih kecil
dari Qtabel yang
berarti H0 diterima.
Siswa yang memiliki locus
of control eksternal diidentifikasikan
lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih
banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. Siswa tersebut lebih bersifat
pasif terhadap apa yang sudah peroleh
dan tidak
berusaha untuk meningkatkan hasil yang
sudah dicapainya. Secara
umum seseorang yang memiliki locus of control eksternal, akan
menaruh perhatian yang sangat
sedikit terhadap umpan balik, mereka lebih kaku dan kurang adaptif, sehingga
umpan balik yang diberikan tidak akan
akan banyak berpengaruh bagi kemampuan menulis bahasa Inggris siswa yang
memiliki locus of control eksternal.
Jadi, pada siswa yang memiliki locus of control eksternal, walaupun umpan balik klasikal lebih cocok dan umpan balik individual tidak cocok namun perbedaan hasil belajarnya tidak signifikan.
Pada kelompok siswa yang memiliki locus of control internal cenderung akan mencari informasi lebih banyak dan lebih baik. Siswa
tersebut juga unggul dalam menggunakan data, lebih termotivasi mencari
informasi yang akan membantunya dalam mengambil keputusan yang benar atau dalam memperbaiki suatu
kesalahan. Siswa yang mempunyai locus
of control internal akan lebih
aktif dan konstruktif dalam situasi sulit dan akan melakukan tindakan
atau usaha maksimal untuk mencapai suatu hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, siswa tersebut akan lebih memberikan perhatian pada umpan balik, baik diberikan secara klasikal maupun individual.
Itulah sebabnya, walaupun siswa yang memiliki locus of control internal diberikan
umpan balik klasikal akan tetap dapat meningkatkan hasil belajarnya. Dengan
demikian, pada kelompok siswa yang
memiliki locus of control internal
dan kelompok siswa yang memiliki locus of
control eksternal tidak terdapat
perbedaan yang signifikan hasil
kemampuan menulis bahasa Inggrisnya jika sama-sama diberikan umpan balik
klasikal. Fakeye (2011: 551), dalam penelitiannya terhadap 300
mahasiswa
mendapatkan hasil bahwa
locus of control mahasiswa
berkorelasi positif dengan pencapaian pemerolehan Bahasa Inggris
mereka. Berdasarkan penelitiannya
juga diketahui ada perbedaan pencapaian pemerolehan bahasa Inggris antara mahasiswa
dengan locus of control internal dan eksternal.
Namun perbedaannya tidak signifikan. Walaupun demikian, ia tetap menyarankan pentingnya
memperhatikan faktor locus of control
dalam proses pembelajaran guna meningkatkan
pencapaian belajar siswa.
Simpulan
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian, maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris kelompok siswa yang diberikan
umpan balik individual lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diberikan
umpan balik klasikal, (2) kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris kelompok
siswa yang memiliki locus of control internal
lebih tinggi daripada kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal, (3) terdapat pengaruh interaksi antara
umpan balik dan locus of control terhadap
kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa, (4) Pada kelompok siswa yang
berkategori locus of control internal,
Kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa yang diberi umpan balik
individual lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal, dan
(5) pada kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual, kemampuan
menulis kalimat bahasa Inggris siswa yang berkategori locus of control internal lebih tinggi daripada kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Adeyinka, Tella, Tella Adedeji,
dan Adika Lawrence. Self-Efficacy and Locus of Control As Predictors of
Academic Achievement Among Secondary School Students in Osun State Unity
Schools. Osun: Osun State University, 2008.
|
Akhadiah, Sabarti., G. A. Maidar,
dan H. R. Sakura. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1998.
|
Akhadiah, Sabarti. Materi Pokok Menulis I. Jakarta:
Universitas Terbuka, 1997.
|
Beretvas Natasha S., Marie Anne Suizzo, Jennifer A.
Durham, dan Lisa M Yarnell. A
Reliability Generalization Study of Scores on Rotter's and
Nowicki-Strickland's Locus of Control Scales. Educational and Psychological
Measurement Volume 68 Number 1 February 2008 97-119_ 2008 Sage
Publications 10.1177/0013164407301529
http://epm.sagepub.com (diakses
25 Juli 2012).
|
Black, Paul dan
Dylan William. Inside The Black Box. Raising Standards through Classroom
Assessment. Online Article. Phi
Delta Kappa International, 1998, http://www.pdkintl.org/kappan/kbla9810.htm
(diakses pada 20 Juli 2012).
|
Chaudron, Craig.
Second Language Classrooms, Research on Teaching and Learning. Cambridge: Cambridge University Press,
1988.
|
Chin, Beverly
Ann. The Role Of Grammar In Improving Student's Writing Montana: University of Montana. 2000, http://www.The Role of Grammar in Improving
Student's Writing.htm (diakses pada 30 Juni 2013)
|
Fakeye, David O.
“Locus of Control as a Correlate of Achievement in English as a Second
Language in Ibadan.” The Journal of
International Social Research.
Volume 4, 2011.
http://www.sosyalarastirmalar.com/cilt4/sayi17pdf/5egitim/fakeye_david.pdf (diakses 15 Agustus 2012). hh. 546-552.
|
Graham, Steve., Bollinger, Alisha., Olson, Carol
Booth., D’Aoust, Catherine., MacArthur, Charles., McCutchen, Deborah., dan
Olinghouse, Natalie. Teaching Elementary School Students to Be
Effective Writers. Washington
DC: The
National Center for Education Evaluation and Regional Assistance. 2012
|
Heaton, J. B. Writing
English Language Test. London: Longman, 1989.
|
Iskandarwassid dan Dadang
Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008.
|
Mory, Edna
Holland. Feedback Research Revisited.
California: University of North California at Wilmington, www.aect.org/edtech/29.pdf (diakses 10 Agustus 2012).
|
Nasution, S. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
dan Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
|
Ozen, Kutanis
Rana, Mesci Muammer, dan Ovdur Zeynep. “The Effects of Locus of Control on Learning
Performance: A Case of Academic Organization.” The Journal of Economic and Social Studies. Volume 1 Number
2, 2011, hh. 113-133
http://recepzihni.org/jecoss/journal.of.economic.and.social.studies (diakses 15 Agustus 2012).
|
Roskos, Kathleen
A., Christie, James F., dan Richgels,
Donald J. “The Essentials of Early Literacy
Instruction,” The
National Association for the Education of Young Children, (2003). www.naeyc.org/files/yc/file/200303/Essentials.pdf
(diakses 29 Juni 2013)
|
Suryabrata, Sumardi.
Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset, 1983.
|
Spivey,
Becky L. “What Is the Writing Process?,” Super Duper Publications. 2006 www.superduperinc.com. (diakses 30 Juni 2013)
|
Syafi’I, Imam. Retorika
dalam Menulis. Jakarta: Dirjen
Dikti Depdiknas, 1988.
|
Tarigan, Henry Guntur. Menulis sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1994.
|
Thomas W. H. Ng., Kelly L. Sorensen, dan Lillian T. Eby, “Locus
of Control at work: a meta-analysis.” Journal of Organizational Behavior, John Willey & Sons, Ltd.,
Volume 27, 2006, hh. 1057–1087.
|
[1] Ministry of Education,
Ontario. A guide to Effective Instruction in Writing (Ontario: Ontario Ministry of Education.
2005), hh. 5-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar