Kamis, 18 Juli 2013

Artikel Ilmiah


THE EFFECT OF FORMATIVE ASSESSMENT  FEEDBACK
AND  LOCUS OF CONTROL TOWARDS ENGLISH WRITING SKILLS


Juriadi
SDN Kelapa Dua 2
JL. Pendidikan, Kavling Cibogo Kulon, Kec. Kelapa Dua, Kab. Tangerang
Email: juriadis@yahoo.com


Abstract

The objective of this study is to find out the effect of formative assessment  feedback and locus of control towards English writing skills.  It was a quantitative research. The research method used in this study is an experimental method. While the design is factorial design of 2x2 and the research hypotheses were tested using two way analysis of variance (ANOVA). The data were collected through test and non test instrument. A panel test has been done to get  instruments content validity.  Sample of this experiment were two state elementary school. It was taken by multi-stage random sampling.
The results of this study indicates that: (1) the English writing skill using individual feedback is higher than classical feedback, (2) the English writing skill of students who have  locus of control internal is higher than  locus of control external, (3) there is an interaction effect between feedback and locus of control towards  the English writing skills, (4) special groups of students who have locus of control internal which using individual feedback is higher than using classical feedback, and (5) special group of students which using individual feedback, the English writing skills of students who have internal locus of control is higher than external locus of control. The result of this study lead to a conclusion that the implementation of individual feedback is more effective especially in instructional of writing for  elementary level. And it is also can be implemented to other subject of study and level.



Keywords:  feedback, locus of control, writing skill





PENGARUH UMPAN BALIK PENILAIAN FORMATIF DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS


SDN Kelapa Dua 2
JL. Pendidikan, Kavling Cibogo Kulon, Kec. Kelapa Dua, Kab. Tangerang
Email: juriadis@yahoo.com


Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari umpan balik penilaian formatif dan locus of control terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sedangkan desainnya adalah desain faktorial 2x2 dan hipotesis penelitian diuji menggunakan analisis varians dua jalan (ANAVA). Data penelitian dikumpulkan  menggunakan instrumen tes dan non tes. Uji panel dilakukan untuk mendapatkan validitas isi instrumen. Sampel penelitian ini adalah dua sekolah dasar negeri. Pemilihan sampel menggunakan teknik multi-stage random sampling 
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kemampuan menulis bahasa Inggris dengan menggunakan umpan balik individual lebih tinggi dari umpan balik klasikal, (2) kemampuan menulis bahasa Inggris siswa yang memiliki locus of control internal lebih tinggi dari siswa yang memiliki locus of control eksternal, (3) ada efek interaksi antara umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris, (4) khusus kelompok siswa yang memiliki locus of control internal yang diberikan umpan balik individual lebih tinggi daripada yang diberikan umpan balik klasikal, dan (5) khusus kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual, keterampilan menulis bahasa Inggris siswa yang memiliki locus of control internal lebih tinggi dari siswa yang memiliki  locus of control eksternal. Hasil dari penelitian ini mengarah pada kesimpulan bahwa pemberian umpan balik individual lebih efektif terutama dalam pembelajaran menulis untuk siswa tingkat  sekolah dasar. Dan umpan balik ini juga dapat diterapkan untuk subyek studi dan tingkatan  lainnya.

 
Pendahuluan

Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan ekspresi dalam bentuk tulisan. Dalam proses pembelajaran bahasa tidak bisa dipisahkan dengan tiga keterampilan berbahasa yang lain. Keterampilan tersebut  adalah mendengarkan, berbicara dan membaca. Semua keterampilan berbahasa itu memiliki hubungan saling melengkapi. Hal tersebut berlaku juga dalam pembelajaran bahasa Inggris. Sebagaimana dalam kurikulum 2004 (KBK) yang kemudian disempurnakan dengan kurikulum 2006 (KTSP) disebutkan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah mengembangkan kemampuan dalam bahasa Inggris secara lisan dan tulisan.
Menulis memegang peranan  penting dalam kehidupan manusia, karena pengetahuan apapun tidak terlepas dari kegiatan menulis. Terlebih lagi pada era globalisasi  sekarang ini,  kita banyak dituntut  untuk memiliki  berbagai keterampilan. Keterampilan yang penting untuk dikuasai adalah keterampilan berbahasa. Saat ini bahasa Inggris menjadi bahasa Internasional. Sumber-sumber ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya  berbahasa Inggris. Selain itu, pada era global ini, komunikasi antar manusia semakin terbuka luas. Oleh karena itu penguasaan kemampuan bahasa Inggris mutlak diperlukan bila ingin menjalin komunikasi dan kerjasama yang lebih luas.
Salah satu aspek penting dalam belajar bahasa Inggris adalah menulis.  Oleh sebab itu,  penguasaan keterampilan  menulis bahasa Inggris sangat diperlukan. Mengingat  pentingnya keterampilan  tersebut, maka  perlu pembinaan dari tingkat dasar atau sekolah dasar (SD).
Kegiatan menulis merupakan  aktivitas  berbahasa yang  tidak banyak  orang menyukainya, bahkan dikalangan terpelajar sekalipun. Kita dapat  membuktikan kebenaran  pernyataan tersebut  dengan mengamati  kegiatan  komunikasi verbal  dalam kehidupan sehari-hari, di sekolah maupun di rumah. Frekuensi aktivitas menulis menempati  peringkat paling rendah bila dibandingkan  dengan menyimak, berbicara, dan membaca. Bukti konkritnya lagi bisa kita lihat dikalangan mahasiswa banyak  yang mengalami kesulitan  dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahannya yaitu menulis skripsi, tesis, atau disertasi. 
Menurut Akhadiah (1997: iii), ada beberapa faktor penyebab  aktivitas  menulis kurang disukai. Pertama, lingkungan keluarga yang minat dan kegemaran  baca tulisnya rendah. Kedua, kurangnya kesadaran  tentang pentingnya  menulis bagi pengembangan diri. Ketiga, pengalaman belajar menulis di sekolah  yang kurang menyenangkan.
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 291) mengemukakan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan  dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan menulis disebut sebagai keterampilan mekanistik. Artinya kemampuan menulis tidak mungkin dapat dikuasai melalui teori saja. Keterampilan menulis tidak datang dengan otomatis tetapi harus melalui latihan dan praktik yang teratur. Di samping itu perlu  kembangkan juga  suatu cara atau metode  khusus guna meningkatkan kemampuan menulis dikalangan siswa sekolah dasar. Untuk mengembangkan cara atau metode tersebut perlu diperhatikan juga bagaimana karakterisitik menulis itu sendiri.
Menurut Syafi’i (1988: 45) menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan. Akhadiah (1998: 1) mengatakan,  menulis adalah suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya dan  wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya seperti ejaan dan tanda baca. Selain itu Akhadiah, Maidar, dan Sakura (1998: 13) juga mengemukakan bahwa  menulis adalah proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca. Heaton (1989: 135) mengatakan,  menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Tarigan (1994: 3) menyatakan bahwa menulis adalah kegiatan yang bersifat aktif dan produktif.
Belajar menulis adalah seperti belajar membaca. Keduanya mengikuti
proses berurutan. Menulis
memerlukan penggabungan  dari beberapa keterampilan  dasar dalam berbahasa.  Tahap-tahap perkembangan siswa juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan tahapan-tahapan dalam proses menulis.  Menurut Becky (2006: 112-113),  ada 7 tahapan dalam proses menulis: pre-writing,  rough draft, peer editing, revising, editing, final draft, dan publishing.  Steve et al (2012: 27-33)  mengatakan bahwa siswa harus berlatih  untuk menulis  kalimat yang baik  yang dapat menjelaskan  maksud dari apa yang ditulisnya sehingga dipahami oleh yang membaca. Untuk itu guru harus memperhatikan  tahapan-tahapan  pembelajaran pembentukan kalimat.  Siswa juga perlu diajarkan  bagaimana cara menggunakan berbagai struktur pada kalimat.  Untuk itu  pembelajaran dimulai dengan menulis serangkaian kalimat-kalimat sederhana sampai kepada  kalimat-kalimat yang lebih kompleks.  Guru perlu mendemonstrasikan contoh-contohnya. Steve juga mengatakan bahwa ada banyak keterampilan dasar yang yang harus dipelajari agar menjadi terampil dalam  menulis.  Keterampilan tersebut adalah keterampilan penulisan tangan/pengetikan, ejaan, tanda baca dan penggunaan huruf  kapital.  Selain itu keterampilan  membuat kalimat efektif dan efisien juga membutuhkan perhatian khusus.   Kathleen, James,  dan Donald (2003: 4) juga mengatakan bahwa siswa  harus belajar  keterampilan dan konsep utama dalam bahasa tulis yang lebih kompleks dan mengelaborasikan pemahamanan  serta memunculkan motivasinya. Keterampilan dan konsep utama itu adalah pemahaman akan prinsip-prinsip alphabet dan  pemahaman struktur kalimat dasar.
Menurut Beverly (2000: 1)  tata bahasa adalah sistem bunyi, struktur  dan arti dari suatu bahasa. Setiap bahasa memiliki strukturnya masing-masing. Orang-orang yang  berbicara dalam bahasa yang sama dapat berkomunikasi karena mereka sama-sama mengerti sistem bahasa yang mereka gunakan.  Seseorang bisa saja pandai berbicara namun belum tentu pandai menulis. Mereka perlu bimbingan dan belajar untuk menjadi penulis yang efektif. Mereka harus belajar bagaimana  mentransfer pengetahuan tentang  konsep tatabahasanya dari bahasa lisan menjadi bahasa tertulis.  Oleh karena itu pembelajaran tatabahasa menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dalam pembelajaran menulis. Tatabahasa juga menjadi bagian yang penting dalam  menghasilkan arti yang sesuai dengan kalimat yang ditulis.
Ada tiga tingkatan dalam pembelajaran menulis. Pertama disebut dengan istilah emergent writers. Pada tingkatan ini siswa belajar bahwa bahasa lisan mereka bisa rekam dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu mereka menjadi  mengerti bahwa menulis digunakan untuk berkomunikasi. Mereka menirukan tulisan orang dewasa menggunkan gambar, symbol, dan huruf-huruf sederhana. Kedua early writer, siswa baru mulai belajar memahami konsep-konsep tulisan, tujuan menulis, dan penggunaan beberapa format dasar tulisan. Siswa mengekspresikan ide-idenya dalam kalimat-kalimat sederhana. Ketiga developing fluency, dimana siswa sudah mulai menulis untuk berbagai tujuan menggunakan format yang sesuai untuk pembacanya. Siswa menulis melalui langkah-langkah proses penulisan   yang menggunakan beragam strategi ejaan, dan membuat kalimat-kalimat  menjadi sebuah paragraph.[1]
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang kompleks, sehingga untuk menguasai keterampilan menulis perlu mendapat perhatian khusus. Siswa perlu sejak dini diberikan motivasi untuk menyenangi  kegiatan menulis melalui tahapan-tahapan atau proses. Proses yang dilakukan dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar disesuaikan dengan tingkatan  kelas dan tingkat kesulitan serta bentuk dan jenis tulisan yang dilatihkan. penyajian materi atau bahan pelajaran  harus dimulai dari mudah ke yang sedang, dari yangsedang ke yang sukar, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui,  dan dari  yang konkret ke yang  abstrak. Latihan-latihannya dilakukan  secara bertahap.  Selain itu, dalam setiap latihan-latihan tersebut perlu diberikan umpan balik. Umpan balik tersebut menjadi sarana bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
Menurut Chaudron (1988: 134), pemberian umpan balik  sangat penting artinya dalam proses belajar  termasuk dalam proses belajar  bahasa. Umpan balik dapat berinteraksi dengan faktor informasi  kognitif dan mempengaruhi usaha siswa untuk memperbaiki tindak bahasanya. Informasi yang terkandung dalam umpan balik  memungkinkan siswa untuk lebih  yakin terhadap hal yang dipelajari dan dapat mengubah tingkah lakunya. 
Dalam latihan menulis,  setiap individu akan menemui kesulitan dan kendala masing-masing. Untuk mengatasi kesulitan tersebut siswa perlu mendapat bimbingan dan arahan. Bimbingan dan arahan tersebut bisa dilakukan dengan  banyak cara. Diantaranya adalah melalui umpan balik terhadap hasil kerja atau tulisan siswa. Melalui hasil  kerja atau tulisan siswa, guru dapat mengetahui dimana letak  kesalahan atau kesulitan yang dialami siswa. Oleh karena itu, guru dapat memberikan umpan balik berupa penjelasan ataupun koreksi  baik pada lembar kerja atau tulisan siswa maupun  melalui penjelasan secara lisan. Guru dapat memberikan umpan balik secara individual  maupun secara klasikal. Hal tersebut senada dengan Nasution (2010: 53) yang menyatakan bahwa umpan balik digunakan untuk membantu setiap anak dalam mengatasi kesulitan, baik secara klasikal maupun secara individual, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Menurut  Suryabrata (1983: 6-14) ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor tersebut  dikelompokan menjadi empat yaitu: (1) faktor bahan yang dipelajari; (2) faktor lingkungan; (3) faktor instrumental; dan (4) faktor kondisi individu siswa.  Faktor bahan  atau materi menulis yang dipelajari turut  menentukan  bagaimana proses belajar itu terjadi, dan bagaimana hasil  yang diharapkannya serta bagaimana taraf kesukaran  dan kompleksitas bahan. Faktor lingkungan, baik itu lingkungan alam maupun  lingkungan sosial  turut pula mempengaruhi  pemerolehan kemampuan menulis, baik  yang berpengaruh  langsung maupun  tidak langsung. Faktor instrumental  merupakan faktor  yang dapat dirancang  dan dimanipulasikan  guna menunjang  tercapainya  tujuan  yang dikehendaki. Faktor ketiga ini  sangat  berpengaruh  bagaimana  belajar itu  terjadi dan bagaimana  hasilnya. Faktor  kondisi individu  siswa merupakan  bagian yang sangat menentukan  karena  faktor siswalah yang merupakan  subjek proses belajar dan siswa itu pula  yang akan dibentuk  dan diarahkan  untuk mencapai sasaran belajar.
Siswa sebagai individu tentu memiliki sifat, karakter, dan latar belakangnya masing-masing. Kesemuanya itu mempengaruhi pola pikir dan persepsi siswa terhadap dirinya, lingkungannya, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya termasuk kegiatan belajarnya. Oleh karena itu penting untuk memperhatikan  faktor persepsi ini. Persepsi terkait dengan locus of control.  Beretvas, Suizzo dan Yarnell (2008: 97) mengutip mengutip Rotter yang   menyatakan bahwa   locus of control  adalah  persepsi individu  terhadap  sumber-sumber  yang mengontrol  kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat  dibedakan  menjadi locus of control  eksternal dan internal.  Locus of control  internal adalah keyakinan  individu bahwa  keberhasilan  atau kegagalan  yang dialami  adalah merupakan tanggung jawab  pribadi dan  merupakan  usaha  sendiri.  Individu yang mempunyai  locus of control  internal  diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan diidentifikasikan juga lebih menyenangi keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan. Sedangkan locus of control  eksternal merupakan  keyakinan individu  bahwa keberhasilan atau kegagalan  ditentukan oleh kekuatan  yang berada diluar dirinya yaitu nasib, keberuntungan atau kekuatan lain. Individu yang mempunyai  locus of control eksternal diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan.
Dengan demikian dapat dikatakan  bahwa faktor locus of control juga mempengaruhi kemampuan menulis siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Faktor locus of control ini juga diduga berinteraksi dengan umpan balik. Umpan balik sebagai stimulus dari luar dan locus of control  yang menentukan respon apa yang akan dilakukan seorang siswa terhadap stimulus. Jadi, interaksi antara umpan balik dan locus of control  ini diduga akan  mempengaruhi hasil belajar siswa. Bila diterapkan dalam pembelajaran bahasa tentu saja akan mempengaruhi pemerolehan kemampuan berbahasa, khususnya lagi kemampuan menulis.  
Jadi, dalam penelitian ini penulis  memfokusan perhatian pada dua  hal, yaitu  umpan balik dan locus of control. Peneliti mencoba menyodorkan suatu alternatif dalam pembinaan kemampuan  menulis bahasa Inggris dengan teknik pemberian umpan balik yang dalam hal ini adalah umpan balik individual dan klasikal dengan memperhatikan locus of control siswa. Faktor-faktor tersebut dalam  proses belajar menulis diduga kuat saling  berkaitan namun  yang penting adalah  bagaimana mengatur  dan mengusahakan agar faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh  yang mendukung  terhadap tercapainya kemampuan menulis yang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok siswa yang diberikan umpan balik penilaian formatif secara klasikal dan individual, perbedaan antara kelompok siswa  yang memiliki locus of control internal dan eksternal dan interaksi  umpan balik penilaian formatif dan locus of control  terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris.

Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain ekperimen faktorial 2×2. Penelitian ini mengungkapkan pengaruh pemberian umpan balik penilaian formatif dan locus of control terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris. Populasi target dalam  penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 6 di SD Negeri Kelapa Dua 2  dan SD Negeri Kelapa Dua 4, kabupaten Tangerang propinsi Banten. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multi stage random sampling.
Gambar 1. Desain penelitian

Locus of Control (B)
Umpan Balik (A)
Individual  (A1)
Klasikal (A2)
Internal  (B1)
A1B1
A2B1
Eksternal  (B2)
A1B2
A2B2


Instrumen tes menggunakan tes Bahasa Inggris esai sebanyak 12 butir soal. Semua data telah diuji dan  telah memenuhi persyaratan analisis. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlet. Analisis data untuk  menguji hipotesis menggunakan ANAVA dua jalan. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey.

Hasil Penelitian

Ringkasan hasil perhitungan analisis data uji ANAVA dua jalan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Perhitungan Main Effect Anava Dua Jalan
Sumber varians
JK
dB
RJK
Fo
F Tabel
a = 0,05
Antar A
252,36
1
252,36
4,62*
4,02
Antar B
547
1
547
10,014*

Interaksi AB
1277,74
1
1277,74
23,39**

Dalam
3059.62
56
54.64
-

Total
5136.83
59
-
-

* = Signifikan                                     ** = Sangat Signifikan
Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan menulis antara siswa yang diberikan umpan balik individual dengan umpan balik klasikal.  Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan menulis siswa yang memiliki locus of control internal dengan locus of control  eksternal, dan terdapat interaksi antara pemberian umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris. Pengujian dilanjutkan  dengan menggunakan  uji Tukey. Sebagimana tabel berikut:
Tabel 2. Hasil pengujian uji Tukey

Pengujian
Q Hitung
Q  tabel
a = 0,05
A1B1 dan A2B1
7,02
4,08
A1B2 dan A2B2
2,67
4,08
A1B1 dan A1B2
8,12
4,08
A2B1dan  A2B2
2,71
4,08

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa: (1) kemampuan menulis kalimat sederhana bahasa Inggris kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual lebih tinggi daripada kemampuan menulis kalimat sederhana  bahasa Inggris kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal, (2) kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris kelompok siswa yang berkategori locus of control internal lebih tinggi daripada kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal, (3) terdapat pengaruh interaksi antara umpan balik dan locus of control terhadap Kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa, (4) pada kelompok siswa yang berkategori locus of control internal, kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa yang diberi umpan balik individual lebih tinggi daripada  kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa yang diberikan umpan balik klasikal, dan (5) pada kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual, kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa yang berkategori locus of control internal lebih tinggi dari kemampuan menulis kalimat sederhana  bahasa Inggris siswa yang memiliki locus of control eksternal.

Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan adanya perbedaan yang signifikan kemampuan menulis bahasa Inggris kelompok siswa yang diajarkan umpan balik individual dengan umpan balik klasikal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Black and William (1998: 7) bahwa umpan balik individual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 
Skor rata-rata kemampuan menulis bahasa Inggris pada kelompok siswa yang diajarkan umpan balik individual lebih tinggi daripada skor rata-rata kemampuan menulis bahasa Inggris  kelompok siswa yang diajarkan umpan balik klasikal. Berdasarkan hasil pengujian data kemampuan menulis bahasa Inggris siswa dapat dijelaskan  bahwa pemberian umpan balik individual lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris siswa daripada umpan balik klasikal. Pemberian umpan balik mempengaruhi  usaha siswa untuk  memperbaiki dan meningkatkan hasil belajarnya. Peningkatan hasil belajar tersebut  karena dalam proses pembelajarannya terdapat interaksi kognitif antara umpan balik dengan faktor-faktor informasi yang diterima. Informasi  yang diberikan dalam umpan balik individual lebih banyak dan lebih detail. Kesulitan atau kesalahan yang dilakukan setiap siswa diberikan  penjelasan secara tertulis langsung pada lembar kerja siswa. Siswa memproses  informasi yang diteima berupa koreksi atau penjelasan terhadap  kesulitan atau kesalahannya sehingga siswa menjadi lebih paham dan mengerti terhadap materi yang diajarkan. Selain itu tingkat keprivasian siswa pun akan lebih terjaga.
Lain halnya dengan umpan balik klasikal, informasi yang diberikan lebih bersifat umum. Kesalahan atau kesulitan  yang  sering muncul pada siswa dirangkum untuk kemudian disampaikan secara lisan maupun dalam format khusus secara  tertulis.  Penjelasan yang dibeng berikan  pada umpan balik klasikal ini tidak mengakomodir semua semua kesalahan atau kesulitan siswa yang sangat beragam.
Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa, skor rata-rata kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris pada kelompok siswa yang memiliki  locus of control internal  lebih tinggi daripada skor rata-rata kelompok siswa yang memiliki locus of control eksternal.  Secara umum, siswa yang memiliki  locus of control  internal cenderung  lebih aktif mencari informasi, unggul dalam menggunakan data. Siswa yang memiliki  locus of control internal lebih termotivasi mencari informasi  yang akan membantunya dalam mengambil keputusan  yang tepat atau dalam memperbaiki suatu kesalahan.  Seseorang yang mempunyai  locus of control internal  juga lebih aktif  dan konstruktif  dalam situasi sulit    dan  termotivasi melakukan tindakan atau usaha maksimal untuk mencapai suatu hasil  yang lebih baik.  Oleh karena itu, siswa yang memiliki locus of control internal akan lebih  memberikan perhatian  pada umpan balik atas tindakan atau hasil kerja mereka. Konsekuensinya, tingkah laku mereka  dipengaruhi  oleh kesuksesan dan kegagalan masa lalu. Jika mereka mengalami kegagalan atau kesalahan, akan mencari alternatif  jalan keluar untuk memperbaiki kegagalan atau kesalahannya. Selain itu siswa yang memiliki locus of control internal lebih percaya diri dan yakin dengan kemampuan mereka, sehingga akan lebih berhasil  dan berprestasi dalam belajar.
Siswa yang memiliki locus of control eksternal  cenderung tidak mau mencari informasi, cenderung pasif menerima informasi apa adanya, tidak cermat dalam menggunakan data yang diperlukan dalam  mengambil keputusan  yang tepat atau dalam memperbaiki suatu kesalahan. Siswa yang memiliki locus of control eksternal cenderung tidak aktif dan tidak konstruktif  dalam situasi sulit, tidak berupaya keras untuk menghadapi rintangan atau mencapai suatu hasil yang lebih baik. Siswa yang memiliki locus of control eksternal juga kurang perhatian  terhadap  umpan balik, mereka lebih kaku  dan kurang adaptif.  Jika mengalami  kegagalan atau kesalahan,  tidak berusaha mencari alternatif  jalan keluar untuk memperbaiki kegagalan atau kesalahannya. Jadi,  siswa tersebut cenderung pasrah dalam situasi sulit,  frustasi,  dan lebih berharap  ada faktor dari luar yang akan menolongnya. Selain itu siswa yang memiliki locus of control eksternal kurang percaya diri dan  kurang yakin dengan kemampuannya, sehingga akan kurang berhasil  atau kurang berprestasi dalam belajar.
Adanya perbedaan sifat dan ciri antara siswa yang memiliki locus of control internal  dan siswa  yang memiliki locus of control eksternal, menyebakan perbedaan dalam kemampuan menulis bahasa Inggris. Adeyinka, Adedeji, dan Lawrence (2008:120) dalam penelitiannya menyimpulkan, terdapat hubungan antara locus of control dengan pencapaian akademik siswa. Thomas, Sorensen, dan Eby (2006: 1056)    menyatakan bahwa:  Internal locus was positively associated with favorable work outcomes, such as positive task and social experiences, and greater job motivation.”  Berdasarkan penelitiannya itu diketahui terdapat hubungan positif antara locus of control,  hasil kerja yang baik, seperti tugas positif dan pengalaman sosial, dan motivasi kerja yang lebih tinggi.  Ozen, Mesci, dan  Ovdur (2011: 113)  meneliti tentang efek locus of control terhadap performa belajar. Hasilnya diketahui bahwa siswa yang memiliki locus of control internal performa belajarnya tinggi, mereka lebih proaktif  dan efektif selama proses belajar. Sementara itu siswa yang memiliki locus of control eksternal lebih pasif dan reaktif  selama proses belajar.
Pengujian ketiga menunjukan  terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara kelompok siswa yang diberikan umpan balik Individual (A) dengan kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal (B) terhadap hasil belajar Bahasa Inggris. Adanya interaksi membuktikan bahwa, masing-masing umpan balik memberi pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris jika diberikan pada kelompok siswa yang berkategori locus of control internal dan eksternal.
Dari deskripsi data diatas dapat dijelaskan, untuk  menguasai kemampuan dan  keterampilan menulis  dibutuhkan belajar dan latihan.  Dalam belajar dan latihan terdapat faktor-faktor yang saling berinteraksi  dan saling mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah umpan balik dan locus of control. Umpan balik dapat berinteraksi dengan faktor informasi  kognitif dan mempengaruhi usaha siswa untuk memperbaiki tindak bahasanya. Informasi yang terkandung dalam umpan balik memungkinkan siswa untuk lebih yakin terhadap hal yang dipelajari dan dapat mengubah tingkah lakunya. Perubahan inilah yang berperan dalam hal meningkatkan kemampuan menulis  bahasa Inggris siswa.
Kemampuan menulis sebagai produk dari pembelajaran bahasa dipengaruhi  oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor internal dan eksternal. Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan ditentukan oleh interaksi  dari faktor-faktor tersebut.  Meskipun variabel eksternal berpengaruh besar  terhadap perolehan  hasil belajar, namun tak bisa dipungkiri juga  pengaruh tersebut juga ditentukan  oleh interaksi  individu  terhadap pengaruh dari luar tersebut. Locus of control  adalah faktor yang menentukan  bagaimana  interaksi individu  terhadap pengaruh dari luar berupa pemberian umpan balik. Pangaruh timbal balik ini akan  tergambar pada  kemampuan  menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris yang merupakan akumulasi  interaksi  antara variabel internal dan eksternal. Siswa yang memiliki locus of control  internal  punya kecenderungan  untuk berusaha memperbaiki  hasil belajar atau dalam hal ini kemampuan menulisnya. Untuk  memperbaiki hasil belajar atau kemampuannya, siswa tersebut akan mudah merespon atau menerima  masukan, saran, kritikan, ataupun koreksi  yang diberikan kepadanya. Sebaliknya, siswa yang  memiliki locus of control eksternal cenderung kurang  ada upaya  untuk memperbaiki hasil belajar atau kemampuan menulisnya. Siswa dengan locus of control eksternal kurang merespon  terhadap umpan balik yang diberikan. Oleh karena itulah terdapat pengaruh interaksi  antara pemberian umpan balik  dengan locus of control  terhadap kemampuan menulis kalimat dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Pengujian keempat menunjukkan bahwa, skor rata-rata kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang diberikan  umpan balik individual dan skor rata-rata Kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal berbeda secara signifikan, jika masing-masing berkategori locus of control internal.  Hasil uji lanjut menggunakan uji Tukey memberikan nilai Qhitung lebih besar dari Qtabel  yang berarti tolak H0. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual lebih tinggi dari rata-rata kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal, jika masing-masing berkategori locus of control internal.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pemberian umpan balik individual lebih efektif daripada umpan balik klasikal pada siswa yang memiliki locus of control internal. Bagi siswa yang memiliki locus of control internal cenderung mencari informasi  lebih banyak dan lebih baik  maka cocok untuk diberikan umpan balik individual, karena  lebih banyak dan lebih detail juga informasi yang siswa terima melalui umpan balik yang diberikan secara individual. Adapun informasi yang diberikan dalam umpan balik  individual ini  menggunakan umpan balik  tingkat 4, yakni KCR (Knowledge of The Correct Response) ditambah dengan penjelasan. Hasil  menulis siswa dikoreksi  dengan memberikan  pembetulan dan komentar pada tulisan siswa.
Sementara itu umpan balik klasikal diberikan dengan cara menginformasikan kesalahan  pada umumnya setelah dikoreksi guru. Guru menuliskan kesalahan-kesalahan secara umum pada format khusus. Kesalahan-kesalahan tersebut selanjutnya diumumkan atau dijelaskan kepada siswa secara klasikal. Sehingga dengan cara ini informasi mengenai kesalahan atau koreksi yang diberikan tidak spesifik dan tidak individual, melainkan hanya secara umum digambarkan atau dijelaskan kesalahan atau koreksi yang paling banyak muncul di kelas.  Namun informasi yang diberikan tersebut akan tetap sangat berguna bagi siswa yang memiliki locus of control internal.
Karena umpan balik individual lebih banyak memberikan informasi yang spesifik maka akan memberikan pengaruh lebih besar juga, sedangkan dalam umpan balik klasikal informasi lebih bersifat general dan tidak spesifik dan terinci, maka akan lebih sedikit juga informasi yang diolah siswa. Oleh karena itulah terdapat perbedaan hasil tes menulis bahasa Inggris pada siswa yang memiliki locus of control internal yang diberi perlakuan umpan balik individual dengan  yang diberikan perlakuan umpan balik klasikal.
Pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa, nilai rata-rata kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang diajarkan umpan balik individual dan nilai rata-rata kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang diajarkan umpan balik klasikal  tidak berbeda, jika masing-masing berkategori locus of control eksternal.  Hasil perhitungan pada uji Tukey menunjukkan bahwa, Qhitung  lebih kecil  dari Qtabel, maka H0 diterima. Artinya, hipotesis kelima ini tidak teruji.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai rata-rata Kemampuan Menulis Kalimat  Bahasa Inggris pada kelompok siswa yang diberikan  Umpan Balik Individual dan kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal tidak signifikan, jika masing-masing berkategori locus of control eksternal. Tidak adanya perbedaan yang signifikan ini karena memang siswa yang  memiliki locus of control eksternal diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. Artinya ia akan lebih bersifat pasif terhadap apa yang sudah perolehnya. Ia tidak berusaha untuk  meningkatkan hasil yang sudah dicapainya dan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain  maka pemberian umpan balik klasikal lebih mereka sukai.  Melalui pemberian umpan balik klasikal siswa tersebut  akan cenderung mencari solusi atau memperbaiki sesuatu yang sama dengan siswa lainnya. Hal itu karena dalam umpan balik klasikal kesalahan-kesalahan, koreksi ataupun petunjuk perbaikan bersifat umum. Sedangkan bila diberikan umpan balik individual  guru tidak memberikan penjelasan secara umum, melainkan diberikan pada lembar kerja siswa secara tertulis tanpa penjelasan didepan kelas. Jadi umpan balik individual ini  tidak akan terlalu menjadi perhatian mereka yang memiliki locus of control eksternal. Dengan kata lain tidak banyak memberikan dampak bagi pencapaian hasil belajar mereka. Seberapa banyaknya koreksian, catatan, ataupun petunjuk yang diberikan dalam umpan balik tidak akan terlalu menjadi perhatian mereka.
Secara umum seseorang  yang memiliki locus of control eksternal, akan menaruh  perhatian  yang sangat  sedikit  terhadap  umpan balik, mereka lebih kaku  dan kurang adaptif.  Sehingga umpan balik yang diberikan tidak akan  akan banyak berpengaruh bagi kemampuan menulis bahasa Inggris siswa yang memiliki locus of control eksternal. Jadi, walaupun umpan balik klasikal cocok untuk diberikan terhadap siswa yang memiliki locus of control eksternal  dan  umpan balik individual tidak cocok  diberikan kepada sisiwa yang memiliki locus of control eksternal namun perbedaan hasil belajarnya  tidak signifikan.
Pengujian keenam menunjukkan bahwa, skor rata-rata  kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang berkategori locus of control internal dan skor rata-rata kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal berbeda secara signifikan, jika masing-masing diberikan  umpan balik individual. Hasil perhitungan pada uji Tukey menunjukkan bahwa, Qhitung lebih besar dari Qtabel yang berarti H0 ditolak. Nilai rata-rata kelompok siswa yang berkategori locus of control internal dan rata-rata kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal berbeda secara signifikan, jika masing-masing diberikan umpan balik individual.
Berdasarkan pengitungan uji Tukey di atas dapat disimpulkan bahwa, khusus kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual, rata-rata kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang berkategori locus of control internal lebih tinggi daripada kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal.  Siswa yang memiliki locus of control internal cenderung mencari informasi  lebih banyak dan lebih baik  maka cocok diberikan umpan balik individual, karena  akan lebih banyak dan lebih detail juga informasi yang siswa terima melalui umpan balik yang diberikan secara individual. Informasi yang diberikan dalam umpan balik  individual ini  menggunakan umpan balik  tingkat 4, yakni KCR (Knowledge of The Correct Response). Menurut Mory (2012: 753)  pada umpan balik tingkat 4 ini siswa diberi informasi  bagaimana seharusnya jawaban yang benar ditambah dengan penjelasan. Jadi, hasil  menulis siswa dikoreksi  dengan memberikan  pembetulan dan komentar pada lembar kerja siswa.  
Sementara itu, siswa yang mempunyai locus of control eksternal diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya dan bergantung pada orang lain serta lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. Artinya lebih bersifat pasif terhadap apa yang sudah perolehnya, tidak berusaha untuk  meningkatkan hasil yang sudah dicapainya. Begitu juga informasi atau koreksi yang diberikan pada umpan balik individual tidak akan terlalu menjadi perhatian siswa yang memiliki locus of control eksternal. Umpan balik individual tidak banyak memberikan dampak bagi pencapaian hasil belajar mereka. Sehingga pemberian umpan balik individual  kurang efektif bagi siswa yang memiliki locus of control eksternal.
Siswa yang memiliki locus of control internal sangat menaruh perhatian  terhadap penjelasan, catatan, ataupun koreksian yang diberikan pada umpan balik individual sedangkan siswa yang memiliki locus of control eksternal cenderung menaruh tidak  perhatian  terhadap informasi atau koreksi yang diberikan pada   umpan balik individual. Oleh karena itulah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki locus of control internal dengan yang eksternal jika diberikan perlakuan umpan balik individual.
Pengujian ketujuh menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang memiliki locus of control internal dan kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal tidak berbeda secara signifikan, jika masing-masing diberikan perlakuan umpan balik klasikal. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji Tukey menunjukkan Qhitung lebih kecil  dari  Qtabel  yang berarti H0 diterima.
Siswa yang  memiliki locus of control eksternal diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. Siswa tersebut lebih bersifat pasif terhadap apa yang sudah peroleh dan  tidak berusaha untuk  meningkatkan hasil yang sudah dicapainya. Secara umum seseorang  yang memiliki locus of control eksternal, akan menaruh  perhatian  yang sangat  sedikit  terhadap  umpan balik, mereka lebih kaku  dan kurang adaptif,  sehingga umpan balik yang diberikan tidak akan  akan banyak berpengaruh bagi kemampuan menulis bahasa Inggris siswa yang memiliki locus of control eksternal. Jadi, pada siswa yang memiliki locus of control eksternal, walaupun  umpan balik klasikal lebih cocok dan  umpan balik individual tidak cocok  namun perbedaan hasil belajarnya  tidak signifikan.
Pada kelompok siswa yang memiliki locus of control  internal cenderung  akan mencari informasi  lebih banyak dan lebih baik.  Siswa tersebut juga unggul dalam menggunakan data, lebih termotivasi mencari informasi  yang akan membantunya dalam  mengambil keputusan  yang benar atau dalam memperbaiki suatu kesalahan.  Siswa yang mempunyai  locus of control internal  akan lebih aktif  dan konstruktif  dalam situasi sulit dan akan melakukan tindakan atau usaha maksimal untuk mencapai suatu hasil yang lebih baik.  Oleh karena itu, siswa tersebut akan lebih  memberikan perhatian  pada umpan balik, baik diberikan secara klasikal maupun individual. Itulah sebabnya, walaupun siswa yang memiliki locus of control  internal diberikan umpan balik klasikal akan tetap dapat meningkatkan hasil belajarnya. Dengan demikian,  pada kelompok siswa yang memiliki locus of control internal dan kelompok siswa yang memiliki locus of control eksternal  tidak terdapat perbedaan yang signifikan  hasil kemampuan menulis bahasa Inggrisnya jika sama-sama diberikan umpan balik klasikal.   Fakeye (2011: 551), dalam penelitiannya  terhadap 300 mahasiswa mendapatkan hasil bahwa locus of control mahasiswa berkorelasi positif dengan pencapaian pemerolehan  Bahasa Inggris mereka.  Berdasarkan penelitiannya juga diketahui ada perbedaan pencapaian pemerolehan bahasa Inggris antara mahasiswa dengan locus of control internal dan eksternal. Namun perbedaannya tidak signifikan. Walaupun  demikian, ia tetap menyarankan pentingnya memperhatikan faktor locus of control dalam proses pembelajaran guna meningkatkan  pencapaian belajar siswa.

Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) kemampuan menulis kalimat  bahasa Inggris kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diberikan umpan balik klasikal, (2) kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris kelompok siswa yang memiliki locus of control internal lebih tinggi daripada kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal, (3) terdapat pengaruh interaksi antara umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa, (4) Pada kelompok siswa yang berkategori locus of control internal, Kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa yang diberi umpan balik individual lebih tinggi daripada kelompok  siswa yang diberikan umpan balik klasikal, dan (5) pada kelompok siswa yang diberikan umpan balik individual, kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa yang berkategori locus of control internal lebih tinggi daripada  kelompok siswa yang berkategori locus of control eksternal.








DAFTAR PUSTAKA


Adeyinka, Tella, Tella Adedeji, dan Adika Lawrence. Self-Efficacy and Locus of Control As Predictors of Academic Achievement Among Secondary School Students in Osun State Unity Schools. Osun: Osun State University, 2008.
Akhadiah, Sabarti., G. A.  Maidar,  dan H. R. Sakura.  Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1998.

Akhadiah,  Sabarti.  Materi Pokok Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997.

Beretvas  Natasha S., Marie Anne Suizzo, Jennifer A. Durham, dan Lisa M Yarnell.  A Reliability Generalization Study of Scores on Rotter's and Nowicki-Strickland's Locus of Control Scales. Educational and Psychological Measurement Volume 68 Number 1 February 2008 97-119_ 2008 Sage Publications 10.1177/0013164407301529  http://epm.sagepub.com  (diakses 25 Juli 2012).

Black,  Paul dan Dylan William. Inside The Black Box. Raising Standards through Classroom Assessment. Online Article.  Phi Delta Kappa International, 1998, http://www.pdkintl.org/kappan/kbla9810.htm (diakses pada 20 Juli 2012).
Chaudron,  Craig.  Second Language Classrooms, Research on Teaching and Learning.  Cambridge: Cambridge University Press, 1988.
Chin, Beverly Ann. The Role Of Grammar In Improving Student's Writing Montana: University of Montana. 2000,  http://www.The Role of Grammar in Improving Student's Writing.htm (diakses pada 30 Juni 2013)

Fakeye,  David O.  “Locus of Control as a Correlate of Achievement in English as a Second Language in Ibadan.” The Journal of International Social Research. Volume 4, 2011. http://www.sosyalarastirmalar.com/cilt4/sayi17pdf/5egitim/fakeye_david.pdf  (diakses 15 Agustus 2012). hh. 546-552.
Graham, Steve., Bollinger, Alisha., Olson, Carol Booth., D’Aoust, Catherine., MacArthur, Charles., McCutchen, Deborah., dan Olinghouse, Natalie.  Teaching Elementary School Students to Be Effective Writers. Washington DC:  The National Center for Education Evaluation and Regional Assistance.  2012
Heaton,  J. B. Writing English Language Test. London: Longman, 1989.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Mory,  Edna Holland.  Feedback Research Revisited.  California: University of North California at Wilmington,  www.aect.org/edtech/29.pdf  (diakses 10 Agustus 2012).

Nasution, S.  Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.  Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Ozen,  Kutanis Rana,  Mesci Muammer, dan  Ovdur Zeynep.  “The Effects of Locus of Control on Learning Performance: A Case of Academic Organization.” The Journal of Economic and Social Studies. Volume 1 Number 2,   2011,  hh. 113-133  http://recepzihni.org/jecoss/journal.of.economic.and.social.studies  (diakses 15 Agustus 2012).
Roskos, Kathleen A.,  Christie,  James F., dan Richgels, Donald J.  The Essentials of Early Literacy Instruction,”  The National Association for the Education of Young Children, (2003). www.naeyc.org/files/yc/file/200303/Essentials.pdf‎ (diakses 29 Juni 2013)

Suryabrata,  Sumardi.  Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi.  Yogyakarta: Andi  Offset, 1983.
Spivey, Becky L.  “What Is the Writing Process?,”  Super Duper Publications. 2006  www.superduperinc.com. (diakses 30 Juni 2013)  

Syafi’I, Imam.  Retorika dalam Menulis.  Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 1988.

Tarigan, Henry Guntur.  Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1994.

Thomas W. H. Ng., Kelly L. Sorensen, dan Lillian T. Eby,   Locus of Control at work: a meta-analysis.” Journal of Organizational Behavior, John Willey & Sons, Ltd., Volume  27,  2006,   hh. 1057–1087.





[1] Ministry of Education, Ontario.  A guide to Effective Instruction in Writing  (Ontario: Ontario Ministry of Education. 2005), hh. 5-8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar